Kepada
hujan;
yang
datangnya diam-diam
aku masih menyaksikan
keriaan di mata sepasang bunga perdu
ketika kau hadir, sore
ini
sepucuk rindu yang
degupnya tidak bisa kuhitung
masih saja bertahan di
ruang dada
sudah lama aku
merindukanmu; bisikku diam-diam
sebelum semuanya jatuh
deras seperti
tumpahan batu
burung-burung Ababil
hujan selalu
mengisyaratkan pertemuan
sebagai ruh mekar
sekuntum lily yang sempat
ditinggalkan musim
Aku berdiri kelabu
diantara ranting
cokelat pohon jambu
menatap setiap luruh
yang jatuh
sebagai rindu yang
meriuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar