Perempuan yang Menangis
Hujan baru saja menderas membasahi jalanan. Orang-orang lebih memilih menyingkir untuk berteduh daripada memaksakan diri menerabas jarum-jarum air yang seolah lelah, terlalu lama bersemayam di dalam kerudung awan. Seorang perempuan tidak memedulikan bajunya basah kuyup. Ia bergegas ke arah selatan. Mobil-mobil bergerak melambat terhalang genangan air. Gorong-gorong di kota ini selalu menciptakan masalah baru ketika musim penghujan datang. Air selokan meluap, karena mampet. Beberapa kali perempuan itu terhenti. Menoleh, menunduk, lantas kembali bergegas. Aku memerhatikannya dari balik kaca jendela sebuah mini resto. Secangkir cokelat panas masih mengepul. Sedari tadi aku menatapnya. Apa yang hendak dilakukannya di luar sana ketika cuaca mustahil membaik? Pertanyaan bodoh. Aku tidak mengenali perempuan itu. Tapi, kenapa aku memikirkannya. “Perempuan gila.” Suara seseorang membuatku menoleh dan membiarkan sosok perempuan itu menghilang di kelok jalan. Seorang pr