Memulai
Kau tak musti mencela. Tentu saja. Retak angin gemeretak pada musim-musim setelah gugur raib kautinggalkan. Bunga lili jatuh-bangun menegakkan keinginan. Bahkan kau tak ingat terakhir kali menanamnya; tunas air mata dan ketakutan yang memupuk tanah tumbuhnya mekar terlampau memar. Aku selalu lupa menyiraminya dengan air bahagia. Aku atau kau yang kerap lupa? Kau bahagia. Kabar angin beringas mengabarkan pesan. Syukurlah! Aku kerap lara menimang-nimang kehendak: melupakan atau mengingat-ingat. Ah! Dedak kopi di pikiran mengendap begitu saja, sementara sepiring kenangan harus kulumat hingga tuntas. Betapa sakitnya merindu. Retih. Letih. Ringkih. Perih. Kau telah memulai. Aku sama saja. Terjebak dalam kesendirian tarian sunyi. Dari arah sebelah mana aku harus memulai: Barat-Timur, Utara-Selatan? Atau tidak dari mana pun : dari hati yang resah, berdarah, lantas musnah Punah. Cibatu - Garut, 16 Desember 2016, 19: 17