Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Memulai

Kau tak musti mencela. Tentu saja. Retak angin gemeretak pada musim-musim setelah gugur raib kautinggalkan. Bunga lili jatuh-bangun menegakkan keinginan. Bahkan kau tak ingat terakhir kali menanamnya; tunas air mata dan ketakutan yang memupuk tanah tumbuhnya mekar terlampau memar. Aku selalu lupa menyiraminya dengan air bahagia. Aku atau kau yang kerap lupa? Kau bahagia. Kabar angin beringas mengabarkan pesan. Syukurlah! Aku kerap lara menimang-nimang kehendak: melupakan atau mengingat-ingat. Ah! Dedak kopi di pikiran mengendap begitu saja, sementara sepiring kenangan harus kulumat hingga tuntas. Betapa sakitnya merindu. Retih. Letih. Ringkih. Perih. Kau telah memulai. Aku sama saja. Terjebak dalam kesendirian tarian sunyi. Dari arah sebelah mana aku harus memulai: Barat-Timur, Utara-Selatan? Atau tidak dari mana pun : dari hati yang resah, berdarah, lantas musnah Punah. Cibatu - Garut, 16 Desember 2016, 19: 17

Kisah yang Menunggu untuk Segera Diakhiri

Membaca tubuhmu, adalah menderas segala kisah kehidupan yang dibukukan waktu di matamu, dituliskan masa di dadamu. Aku melafal segala kemungkinan yang sudah lama jatuh dalam paragraf-paragraf usang bahasa riwayat. Serupa prolog yang membuka percakapan tentang pertemuan, seperti itulah cerita mengalir dalam bahasanya sendiri. Tidak perlu jeda, tidak perlu tanda baca. Kisahmu masih sama saja. Memburam dan hampir saja pudar, seumpama epilog yang menggantung dan tidak mengakhiri cerita apa pun (aku hanya figuran konyol yang lewat begitu saja tanpa sedikit pun berkuasa atas dialog yang seharusnya tertuju padamu: sang tokoh utama). Kisah yang menunggu untuk segera diakhiri. Lewat segala ending yang mau tidak mau harus ditulistuntaskan. Buni Nagara - Tasik Malaya, 13 Januari 2017

Sulaiman dan Sebuah Perumpamaan

Sebagaimana burung terbang membentangkan sayap-sayap, sebagaimana itu pula Sulaiman mengekalkan riwayat pada kisah-kisah sebelum kamu. Tentang penciptaan negeri Salva dalam kepak sayap burung Hud-hud. Kau tak mengira, hidup adalah perihal perumpamaan: burung yang terbang tinggi, menukik jatuh terempas, melayang menantang laju angin, lantas mati dipusarakan sejarah. Bukankah riwayat hidupmu akan seperti demikian (adanya)? Sulaiman yang gagah sekalipun mati dalam dekap tak berdaya rayap-rayap. Sebagaimana Sulaiman. Sebagaimana pula percakapan burung Hud-hud yang kisahnya dilontarkan masa lalu, perihal Balqis dan segenap keagungan yang terlampau diagung-agungkan. Hidup bukan hanya perihal terbang tinggi (tapi, terbang dan jatuh). Bukankah kisah Balqis dikalamkan ayat-ayat dalam kejatuhan setelah terbang? Betapa manusia kerap merindu terbang sementara sayap-sayapnya terkadang kebas dan patah. Mereka mengira kejatuhan tidak lebih menyakitkan dari kisah Putri Balqis. Ja