Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Cangkuang

Gambar
                                                                                      CANDI CANGKUANG                                                                                       Oleh: Utep Sutiana      Terletak di Kampung Pulo, Kecamatan Leles, Garut, candi ini merupakan bangunan candi Hindu satu-satunya yang terdapat di Jawa Barat. Menurut beberapa sumber, candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Ika Tjandrasasmita.      Nama Candi Cangkuang sendiri, diambil dari nama sebuah tanaman dari spesies pandan-pandanan yang banyak tumbuh di sekitar tempat berdirinya candi. Tanaman ini, sepintas bila diperhatikan, lebih menyerupai pohon nanas, dengan banyak duri di sisi daunnya yang memanjang.      Hanya dibutuhkan kurang lebih satu jam perjalanan dari pusat kota Garut ke sebelah utara, untuk sampai di tempat tujuan. Untuk mencapai tempat tujuan sendiri, lebih baik menggunakan kendaraan pribadi, hanya ada delman dan ojek untuk akses

KEPADA HUJAN YANG DATANGNYA DIAM DIAM

Gambar
Kepada hujan; yang datangnya diam-diam aku masih menyaksikan keriaan di mata sepasang bunga perdu ketika kau hadir, sore ini sepucuk rindu yang degupnya tidak bisa kuhitung masih saja bertahan di ruang dada sudah lama aku merindukanmu; bisikku diam-diam sebelum semuanya jatuh deras seperti tumpahan batu burung-burung Ababil hujan selalu mengisyaratkan pertemuan sebagai ruh mekar sekuntum lily yang sempat ditinggalkan musim Aku berdiri kelabu diantara ranting cokelat pohon jambu menatap setiap luruh yang jatuh sebagai rindu yang meriuh

DEMI PUISI

:ehk Maaf, bila hari-hariku kini tak menyemaikan keriaan di atas malam sepimu sebab puisiku terlalu lama bersemayam di ruang dada puisi memintaku   membukakan gerbang kelahiran untuknya Maaf, kali ini aku merelakan tubuhmu dipeluk purnama yang hadir menjelma ungun di malam penuh luka Aku sedang ingin bercumbu dengan puisi dan menjadikannya kekasih hati Maaf, kali ini aku mengecup bibirmu lewat pintu belakang yang tak berpalang puisi memaksaku menggenapkan hitungan waktu Dan kini; puisiku telah lahir menjelma putri ayu berparas kupu-kupu terbang ia mengindahkan hari

DI SUDUT ALAMANDA

Aku terduduk sunyi di sebuah cafe tua anggur ditangan kanan dan secawan kenangan lindap di tangan kiriku aku menatap wajah-wajah tak kukenal wajah-wajah bisu, juga wajah-wajah getir di antara keriaan gerimis yang hadir diam-diam sepotong cheeseburger tergolek lesu; sarapan pagiku di antara lembar menu yang juga tergolek lesu Aku membayangkan kekasih hadir sebagai kudapan hangat   menu penutup tak ada keriaan kembang api bulan Desember sebab kali ini aku berdiri diantara kesendirian bulan November bulan yang pernah mengucurkan madu diatas piring kita tapi tidak, kali ini semua mengalir bersama gerimis yang tumbuh di pelipir Alamanda dua purnama lalu             

Degup Lain di Jantungmu

Gambar
Ada degup lain di jantungmu bukan aku, degupku masih irama yang sama Aku hendak bertanya: kuurungkan sebab jawab, tak yakin terucap

Pulang

          PULANG           Suaru burung sirit uncuing* menyalak di atap rumahku, lengkingan suaranya mampu membuat bulu kudukku bergidik. Aku ingat betul yang dikatakan ibuku waktu aku kecil, bahwa suara burung sirit uncuing itu sebagai pertanda bahwa akan ada orang yang meninggal. Ini hari ketiga, uncuing ini bertamu di rumahku. Dua hari yang lalu, masih di tempat yang sama. Setiap kali suara uncuing itu terdengar, setiap kali pikiranku diseret ke sebuah tempat nun jauh di sana, di belakang sebuah gunung bernama Cikuray---tempat asalku. Tempat itu tempat dimana masa kecilku kuhabiskan, itu berpuluh tahun lalu. Kini, pikiranku harus kembali ke tempat itu, tempat dimana ibu dan bapakku tinggal. Sudah dua kali lebaran aku tidak pulang. Suara uncuing itu kembali menyalak, kali ini tiba-tiba wajah ibuku tergambar jelas di pelupuk mataku. Apa yang sedang terjadi pada ibuku, gumamku. Aku merasakan tiba-tiba rasa kangen itu meruah kembali di sanubariku, setelah beberapa hari yang la