Aku terduduk sunyi di
sebuah cafe tua
anggur ditangan kanan
dan secawan kenangan lindap di tangan kiriku
aku menatap wajah-wajah
tak kukenal
wajah-wajah bisu,
juga wajah-wajah getir
di antara keriaan
gerimis yang hadir diam-diam
sepotong cheeseburger tergolek lesu; sarapan
pagiku
di antara lembar menu
yang juga tergolek lesu
Aku membayangkan
kekasih hadir sebagai
kudapan hangat menu penutup
tak ada keriaan kembang
api bulan Desember
sebab kali ini aku
berdiri diantara kesendirian bulan November
bulan yang pernah
mengucurkan madu diatas piring kita
tapi tidak, kali ini
semua mengalir bersama
gerimis yang tumbuh
di pelipir Alamanda
dua
purnama lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar