LELAKI TUA DAN SPBU
Suatu saat aku tertegun,wajah ringkih memeluk pagi dengan sengaja, ya...sosok renta dengan beban dipinggang cemas dan harap yang dijalin pada cangkul yang telah kering,kemarau telah menjilati kesendirian pematang akan sawah. apa yang terjadi,hingga rentanya menapaki sekat demi sekat beranda spbu ingin kutanyakan,namun belum saatnya;sebab mega tiba-tiba datang memburu penantiannya, penantian akan bulatan penuh pengganjal perut tuanya. Tiba-tiba sang borjuis datang dengan mobil benderang,mata sang renta mengilau memapah gerimis, apa yang difikir,mungkin kecewa atau hasrat yang menggunung,mungkin pula rasa iri hingga jakun sang proletar mendaki dan menurun;mungkin rasa laparnya diseret burger yang meletup dashboard sang kaya. Jam berapa sekarang? tanyanya pada asap hitam yang menemaninya,sambil memegang perut kurusnya;mungkin lapar telah memanjakannya dan teriakkan dahaga seakan menari bersama dentuman knalpot motor bodong. sudah semenjak kemarau yang datang tergesa,tangan l