Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Menghapus jejak

jalan ini masih jalan yang sama jalan yang menyisakan pisau-pisau berkarat jalan yang pernah menyematkan namamu di dadaku tapi tidak di dadamu kau berubah menjadi liar,menjadi anjing dengan lolongan tanpa suara jalan ini seperti hutan pinus gelap dan gelap dengan perdu paling tinggi dengan dingin paling dingin ketika matahari mulai bersolek dengan panas yang hangat kau paksaku melucuti satu persatu kata kata dari bibirku membuatnya tergolek tanpa daya hingga ketelanjanganku adalah bayi yang baru pecah dari ketuban dan kau melahapku dalam malam beribu malam panjang kuserahkan semua istana yang pernah kubangun jalan ini jalan yang haus akan air gersang berdebu tebal,kerontang jalan yang sama ketika aku benar-benar muntah,mabuk kata mabuk bahasa kau disana membinarkan pandangan dengan belati paling tajam aku terkapar bersama panas yang mengendap lava pijar  tikaman merajah tubuhku dengan lukisan paling abstrak jalan ini pernah membawaku ke awang-awang terbang disana bermain awan,memahatny

Mengejar mimpi

Aku harus berlari mengejar kapal yang baru saja berlabuh meninggalkan rindu yang bergolak di dalam dada lalu menyimpannya menjadi cawan-cawan rahasia dan kau kubiarkan menatap aku dalam tanda tanya besar aku harus menatap langit membangunnya segera sebagai istana nan megah bagi dada kita.. jangan biarkan reruntuh angin menyapunya badai biarkan datang terlambat,atau janganlah tertambat, sebab istana itu kubangun dengan kerinduan akan Tuhan, darah yang berdebar,jantung yang bergolaK. aku harus mengejar kapal itu sebagai impi di malam buta biarkan bantal-bantal menggaruk mimpi dan membangunkanku segera namun aku tak mau terjaga, aku pergi dengan asmara tertinggal di balik kemarau yang pekat,musim yang tak pernah setia layar perahu menggenapkan hitungan angka, membaringkan tidur dalam harap-harap kuncup mawar sesampainya disana akan kusebut namamu sebagai puisi,membukanya perlahan sampai kau tahu gelombang menggaungkan kisah kita,kisah kisah tak berjudul dan ketika samudera mengendapkan ud

TELEGRAM

suatu subuh yang kaku aku di bangunkan hujan jiwaku masih menari di pusara awan ketika tiba kabar dari langit warta dari tuhan kamu harus pulang kamu harus pulang aku tertegun,dan kata kata berhamburan dari balik lemari berjatuhan,bertumbukan entah kemana, entah kemana berserakan menjadi satu dengan tanah,dengan tanah aku harus pulang aku harus pulang ketas putih berbicara lantang menikam waktu,menikam waktu huruf kaku,kata bisu tuhan menjemput bapakku dengan tergesa tuhan memanggil bapakku dengan segera itu katanya itu katanya

Merantau

sudah waktunya kita berkemas mengumpulkan mimpi yang dihadirkan kunang-kunang malam tadi dengan bekal seadanya kita retas jalan menuju samudera paling liar bernama masa depan lalu kita berenang di dalamnya jangan terseret apalagi tenggelam dengan bekal seadanya kita retas jalan menuju pulau impian pulau dengan kasturi mewangi di dalamnya dedaun rindang,sungai-sungai landai dan sebiji harapan kita rajut telaga-telaga madu menjadi istana dan kau menjelma putri di dalamnya