Aku dan Jakarta
Aku membaui aroma Jakarta pagi ini. Dari pesing dan bedeng yang meng impit, tangisan pertamaku pecah Aku, bocah kecil yang mengencingi ibukota, meminum timbal dan anyir limbah Aku berkembang di antara atap-atap yang terendam Di bahan pohon kersen, ibuku mencuci kebodohan dengan sedikit deterjen bubuk Aku, bocah kecil yang lupa caranya bermain bola. tanah lapang adalah separuh ingatan yang tertinggal entah di mana. Orang-orang berlarian dalam kepalaku. Hiruk-pikuk penjaja tubuh menjadi aroma malam yang kerap kucicipi. Aku sudah biasa: mendengar rintih, mendengar desah. Bahkan, kelaminmu dicuci di mana, aku pun tahu Aku membaui aroma Jakarta pagi ini ada yang mati di dalam got, di rumah Tuhan, di keramaian. Nyawa Jakarta terlalu murah Saham gabungan naik valuta asing naik kenapa harga diri dan rokmu malah turun? Tenang saja Jakarta aku masih 'cinta' padamu Tasik Malaya, 15 Januari 2016