telagaku,bisu, mencermin bayangan senja pada kelu, aku membatu, mengemas serpihan hasta yang datang pelan merambat jemu. candra menyembunyikan lidahnya pada mega, hingga kirana melagukan melodi jingga, lelakiku memeluk semu sendirian, hingga pekat merangkak naik memuncak sesak. sediam riak telaga yang memekik mantra, tanpa tanya yang tersisa, pada batu jalanan yang lelah menghitung kesah, lelaki menatap rembulan penuh harap, menepikan surya yang tenggelam bersama erangan elang,tertidur lelap. lelaki,menyeka sepinya sendirian, tanpa nalar,yang terhempas pada pucuk nadir, hingga cakrawala membagi cerita pada malam, pada kelam,pada temaram. lelaki dan rembulan, menatap bayangnya,sendirian, pada lirih telaga, membayang penantian panjang, bak candala akan kasta, terbuang,dipermainkan bayu. terhempas,pada jelaga malam.