Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

DINOSAURUS

  Suatu saat aku terkejut,   taring giginya membelah kerut,   hingga aku   terperanjat,cemberut.   Mahluk besar,merambat,   tegak.  menatap,menguliti merah  akan mata. Kata mamah,dinosaurus, tapiku hanya mengelus, tak mengerti akan nama, monster bengis, membuatku menangis.

LELAKI DAN REMBULAN

 telagaku,bisu,  mencermin bayangan senja pada kelu,  aku membatu,  mengemas serpihan hasta yang datang pelan merambat jemu.  candra menyembunyikan lidahnya pada mega,  hingga kirana melagukan melodi jingga,  lelakiku memeluk semu sendirian,  hingga pekat merangkak naik memuncak sesak.  sediam riak telaga yang memekik mantra,  tanpa tanya yang tersisa,   pada batu jalanan yang lelah menghitung kesah, lelaki menatap rembulan penuh harap,  menepikan surya yang tenggelam bersama erangan elang,tertidur lelap. lelaki,menyeka sepinya sendirian,  tanpa nalar,yang terhempas pada pucuk nadir, hingga cakrawala membagi cerita pada malam,  pada kelam,pada temaram. lelaki dan rembulan, menatap bayangnya,sendirian, pada lirih telaga, membayang penantian panjang, bak candala akan kasta, terbuang,dipermainkan bayu. terhempas,pada jelaga malam.

KETIKA MIMPI

        saat dimana aku terlelap,     kuletupkan sebuah kembang api,memendar     menjadikan banyak merah pada jingga,dan hijau menarikan langgam malam.     dan ketika kantuk menyeringai,     tiba-tiba mimpiku mengaduh,hingga tergaduh,     mimpiku,jelaga,     merambat naik hingga purnama menusuk sepinya pada pekat.    dan ketika mimpi datang,    menit berderet panjang,hingga waktu berjalan pelan.    lalu dingin menikam sukmaku tak terduga,    hingga lelapku bergetar hebat,    dan sirna,pada keremangan surya.    mimpiku berlalu,    akupun membisu menamparkan kelu pada cerita malam lalu.

HUJAN TERAKHIR

kemarin,tiba tiba hujan menggerimis, tanpa sebab,turun menyisakan sembab, ada beribu pertanyaan tentang rintik, karena mendung telah lama menyeret langkahnya pada langit, hujan terakhir,bulan mei, menyisakan rindu dipucuk mega, hingga kesendirianku berbagi pada kilat yang menjilat bibirnya tiba-tiba, disini dibalik tirai,menunggu surya untuk sementara. hujan terakhir, memaksaku berfikir, tentang getir, tentang rekah dibalik bibir, tentang apapun, sebab gelora yang mengembun, disini menyangsikan kerinduanku pada hujan. hujan ini, hujan terakhir, memaksa pagi, datang terlambat.

TERLAMBAT

tiba-tiba mata ini mulai menggerimis, berlari menampar ujung otakku, jangan sekarang,kumohon, bergegaslah segera,jangan kau paksa mata ini mengembun. jangan sekarang,tak mau dia menatapku, bersekatlah dulu di dada,di lidah,jangan diminta, kalau perlu tenggelamlah di jantung, bukan saatnya, kemaslah, sebelum terlambat.