Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

SISA SEMALAM

putaran tasbih masih terbata,dan aroma embun menghapus gamang sedikit cerita malam tadi kututurkan kepada jingga yang tersenyum perlahan aku masih ingin bersamamu mengikat hiruk-pikuk senja dan aku tetap ingin bercengkrama denganmu, ketika langit bergemuruh,mendegupkan gerimis lalu. pagi ini,kubiarkan dingin mendekap nadiku, hingga beku,lalu hangat membakar rindu bak candu penantian yang lama kutunda pada kemarau yang memarau pada gerimis yang mengiris. lalu kusisakan tawa dipucuk kabut yang bersolek pada kirana pada candra yang memucat pada surya yang mungkin datang terlambat.

THE MARGINAL SAY

Ketika sang troroar bernafas tersendat,ku disana di gerbang pekat,ironi hidup dalam dekapan kota langkah tertatih,langkah tergesa,langkah tak tertuju kamilah jelaga,kamilah noda,kamilah sampah tercecer pada rimba raya yang tak pernah bersahabat dengan kami kupasungkan ingin. Tengoklah tubuh kami yang kering,kerontang tanpa jasad,hanya belulang tergarang tapi ku kokoh tergopoh mencari dan terus mencari,adakah sedikit iba kau selipkan di jari manismu,wahai penguasa sedang kami hanya menanti,dan mungkin terus menanti kepastian tak pasti. kami ada, selalu akan ada pada debu,pada asap,pada denting denting dawai gitar disudut Semanggi nyanyianku terus bercanda dengan polusi,trotoar hingga kolong jalan layang Cawang lihat wajah kami,sedikit pasrah namun tak pernah ragu kami berlari dan kami menari pada ujung aspal pada terminal pada sekat-sekat pekat onggokkan Jakarta. Pagi,siang,malam sahabat menanti,menghiba,tak berpantang lelah,jengah kutunda sementara. Biar ku t

SEDANG TIDAK INGIN BERDEBAT 2

Aku sedang tidak ingin berdebat kelulah jemu mu sebentar pendarkan pada langit-langit kamar,bila perlu atau titipkan pada burung yang segera beranjak menyentuh mega lipat segera,sampai semuanya lepas,tak berbekas. Dan aku lagi tak ingin berdebat tikam amarahmu secepatnya jangan biarkan badai mendekap pantai diammu kalau perlu tahan gerimis,ombak dan rintik yang menyiksa lakukan segera sebelum waktu benar-benar mengakhiri abdinya. Mendekatlah,perlahan cuerahkan kesahmu pada desah pada beranda jiwa yang mengembun diujung pagi pada cermin diseberang kamar,pada dinding yang terkekeh dan pada apapun tersenyumlah,mungkin tertawa hingga terbahak menarilah sebab akupun tak ingin berdebat,lagi.

PERCAKAPAN KECIL RANTING MAHONI KEPADA RUMPUT

Aku tahu yang dibisikkan ranting mahoni kepada rumput ketika pekat menyandera ladang, dia mengumpat dan ilalang begitu gamang bertutur kala nasib tergusur lalu sawah selalu resah menanti pagi,malam menutup resah hari akan datang,mencumbu gagah para tirani kami terbuang,terungsikan,tersisih sepi. kotaku telah lahir dan aku,tersingkir tentang nyanyian burung,teriakan bangau,dan erangan elang,sirna hanya makian traktor,umpatan sang mandor menjadi noda. tanahku telah musnah berganti beton,menjelma ranah, mana rumahku,mana mimpiku terbeli,tergadaikan bahkan terabaikan kemana langkahku kini,tanpa tepi,hanya sunyi. inilah percakapan kecil ranting mahoni kepada rumput sebelum kami benar-benar punah kalah bergelut. istanamu,pusara bagiku.