Rabu, 19 Oktober 2016

21 Buku terbaik Versi Saya Bag. Pertama























21 BUKU TERBAIK VERSI SAYA

            Beberapa tahun belakangan ini, saya mulai tertarik untuk membaca buku-buku, entah itu sastra atau buku fiksi popular. Dari sekian banyak buku yang saya baca dan kumpulkan itu, ada beberapa karya, yang menurut criteria saya adalah yang terbaik. Tentu saja, terbaik bagi saya belum tentu terbaik bagi Anda. Banyak buku-buku terbaik di luar sana, akan tetapi saya menilai buku terbaik versi saya berdasarkan buku-buku yang ada di daftar koleksi saya pribadi.
            Ketika banyak buku bagus beredar di luar sana, saya piker ada banyak yang menurut saya terbaik. Berhubung saya belum beli dan membacanya, maka dengan otomatis saya tidak akan memasukannya.
            Penilaian saya bersifat obyektif, jadi saya tidak akan menilai berdasarkan nama besar pengarangnya. Tidak semua penulis besar menghasilkan karya yang besar pula bukan? Ada beberapa nama yang menurut saya besar, akan tetapi saya tidak memasukkannya ke dalam list. Bukan berarti jelek, bila buku itu tidak masuk terbaik di versi saya, melainkan, saya mencoba menimbang-nimbang buku mana saja yang menurut pendapat saya, layak.
            Saya menilai dari beberapa aspek tentu saja: tema yang menarik, gaya bahasa yang dipakai, pesan moral, juga yang terpenting adalah bisa meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya sebagai pembaca awam.
            Anda mungkin banyak yang tidak setuju dengan buku-buku yang saya sodorkan. Anda tidak harus mendebat, toh. Ini hanya masalah selera. Terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi Anda.
            Langsung saja. 21 Buku terbaik di list koleksi buku saya, berdasarkan urutannya.

21.  Running to Hanzin – Utep Sutiana
Tahun terbit: 2016
Penerbit: Rose Book, Trenggalek




Saya tidak perlu  me-review buku ini panjang lebar, sebab buku ini ditulis oleh saya sendiri. Bukan bermaksud narsis atau bukan tanpa alasan saya memasukkan buku ini ke daftar 21 buku terbaik versi saya. Intinya saya mengapresiasi karya sendiri. Perkara bagus-jeleknya biarlah pembaca yang menilainya.

Buku ini sendiri berkisah tentang perjuangan seorang perempuan bernama Gao Ling yang mencintai Yeong mati-matian, sementara yang bersangkutan tidak mencintainya sama sekali. Perasaannya lebih menganggap Ling sebagai sahabat ketimbang kekasih. Kenekatan Ling membuat Yaong terpaksa menikahi gadis itu, akan tetapi setelahnya Yeong lebih memilih pergi jauh meninggalkan Ling. Pada akhirnya, di tempat yang jauh bernama Leicester, Yeong menemukan cinta barunya. Konflik pun dimulai ketika Margie, kekasih baru Yeong, mengetahui masa lalu Yeong, juga perempuan bernama Ling.

Saya tidak perlu menjelaskan kelebihan atau kekurangan buku ini, sebab, sepertinya sangat tidak etis bila seorang penulis meresensi bukunya sendiri. Buku ini adalah hasil jerih payah saya selama ini, dan itu adalah salah satu alasan kenapa saya memasukkannya. Jadi tidak usah mendebat: kalau kita tidak bisa menghargai karya sendiri, bisa jadi orang lain tidak akan menghargai karya kita.
Sekali lagi ini bukan dalam rangka saya bernarsis ria.

20. Eskapis – Arif Fitra Kurniawan
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Fastindo, Semarang



Ada banyak buku kumpulan puisi yang ada di dalam koleksi saya, kebanyakan buku puisi itu adalah hasil karya teman-teman yang menjadi friend-list di jejaring sosial. Dari sekian nama-nama itu, saya memasukkan nama Arif Fitra Kurniawan ini sebagai yang terbaik.
Di dalam Eskapis saya merasakan ada sesuatu yang berbeda dari kebanyakan puisi yang pernah saya baca. Arif dengan lihainya menangkap semua tema yang hadir tidak jauh berada di sekitar kita. Arif meramunya dengan begitu lincah, menjadikan puisi-puisinya mempunyai corak khas tersendiri dari puisi-puisi penyair lain.
Saya ambil contoh penggalan puisi dari Eskapis yang menurut saya sangat brilliant. Memadukan dua unsur yang berbeda menjadi satu kesatuan yang menarik dan unik.

PELAJARAN MENGINGAT PLATO

di antara keraguan yang memupuk pundak, namanya samar-
samar kau ingat pernah hidup sebagai pahlawan yang sembunyi
di antara gigi berlubang kakekmu yang tertembak di perang kemerdekaan.
kau baru tahu bila mengingat adalah kata lain bersedih. melupakan belum
sempat diciptakan kamus asing yang menjebakmu di dasar bahasa bertubuh
tebing. ia girang sekali menyaksikan kau berkali-kali terbanting memanjat
mengerahkan lenganmu yang asin demi memetik menukarkan wajah remuk
orang lain.

Bagi saya puisi ini sangat menarik. Lebih mirip prosa ketimbang puisi. Tapi hal tersebut tidak membuat puisi ini kehilangan daya tenungnya.

19. In The Time of The Butterflies – Julia Alvarez
Tahun terbit: 2010
Penerbit: Algonquin Books, New York



Pada 25 November 1960, tiga perempuan yang saling berpertalian darah, adik-kakak, ditemukan sudah tidak bernyawa lagi di dekat puing mobil jeep di dasar jurang dengan kedalaman 50 meter di kawasan pantai utara Republik Dominika, Amerika Selatan. Surat kabar menceritakan bahwa peristiwa itu adalah murni sebuah kecelakaan. Padahal pada kenyataannya mereka itu tewas sebab pemberontakan mereka atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dictator Jenderal Rafael Trujilo, pemimpin Rep.  Dominika yang berkuasa puluhan tahun. Mereka melakukan perlawanan secara terang-terangan.
Ketiga perempuan itu tewas, sementara satu perempuan lain selamat. Dari sinilah untuk kemudian cerita itu bisa diangkat. Kisah empat perempuan yang dijuluki Las Mariposas yang artinya para kupu-kupu.
Berdasarkan kisah nyata, buku ini sangat menyentuh. Di mana penindasan-penindasan yang dilakukan oleh sang dictator begitu keterlaluan. Empat perempuan ini berjuang untuk sebuah alasan: melawan penindasan.
Kisah di dalam buku ini sendiri kemudian diangkat ke layar lebar.


18. Selingkuh – Langit Kresna Hariadi
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Narasi, Yogyakarta



Siapa pun orangnya pasti tidak ingin diselingkuhi, tentu saja. Sebab segala bentuk perselingkuhan adalah sebuah pengkhianatan. Itu pula yang terjadi dalam kehidupan Dharmawan. Ia salah memilih teman, sebab teman inilah yang pada akhirnya menjungkirbalikkan kehidupannya ke titik paling nadir.
Membaca novel ini membawa saya ke kehidupan yang sebenarnya. Di mana, saya harus percaya bahwa mempercayai sahabat seratus persen adalah sebuah kesalahan. Dalam hal ini Dharmawan terlalu percaya bahwa Darmadi sahabatnya, yang biasa menggarap istri orang, tidak akan melakukannya pada istri sahabatnya ini. Ternyata, itu salah.
Terlepas dari cerita yang diangkat yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, penulis begitu piawai mengemas cerita ini begitu apik, mengalir deras, namun membuat saya selaku pembaca ternganga pada akhirnya. Ending yang tidak bisa diprediksi oleh saya. Begitu twist, hingga saya hanya bisa menggumam, “hah!”
Keren. Ini sangat luar biasa.





Tidak ada komentar: