07. Payudara – Langit Amaravati
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Metafor Imagination,
Bandung
Bicara
Payudara adalah bicara soal perempuan. Bicara soal perempuan dengan
permasalahan yang menghinggapinya. Ada banyak kisah yang diusung di dalam buku
ini yang berputar di masalah perempuan yang selalu menjadi korban kemalangan
dari dominasi lelaki juga tabiatnya.
Sebuah
perlawanan perempuan terhadap kekuasaan lelaki yang terlampau kejam. Perlawanan
perempuan terhadap kontruksi adat yang menjadikan lelaki adalah orang yang
selalu harus dituruti dan diikuti. Sebuah perlawanan perempuan terhadap
kesewenang-wenangan kaum lelaki.
27
kisah di dalam buku ini pada akhirnya mengantar Langit mengikuti Ubud Writers and Readers Festival, Bali,
pada tahun 2013.
Jangan
terkecoh dengan penampakan cover yang
terkesan vulgar. Bila kalian
memikirkan kisah-kisah vulgar seputar
perempuan di dalamnya, jelas kalian tidak akan menemukannya.
Pada
kebanyakan kisah, Langit menempatkan tokoh bernama lelaki sebagai tokoh
antagonis yang pada akhirnya, cerita menempatkan tokoh ini berakhir dengan
sangat tragis. Berakhir sebagai pecundang yang gagal.
06. Cinta, Keindahan, Kesunyian –
Kahlil Gibran
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Narasi, Yogyakarta
Tugas puisi adalah menerjemahkan
mimpi-mimpi ke dalam kenyataan; dan menafsirkan kenyataan dunia ke dalam
impian.
Ungkapan
yang pernah dikutip oleh Nietzsche dalam suratnya kepada Richard Wagner di atas
barangkali dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan yang tidak jarang kita
lontarkan, namun hampir pasti akan sulit menjawabnya: apa gunanya membaca
puisi? (pengantar editor buku ini).
Membaca-baca
karya yang ditulis oleh sang Maestro ini adalah membaca keindahan diksi dan
kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Puisinya yang menyejukkan membawa
saya, selaku pembaca, seolah diajak bereaksi dengan segala keindahan tata
bahasa yang dituliskan Gibran.
Beberapa
sastrawan banyak menyebutkan bahwa Gibran adalah sebuah perpaduan yang menarik
antara Tagore, La Fontaine, Nietzsche, dan Sigmund Freud.
Jika engkau benar-benar membuka
matamu dan melihat, engkau akan menyaksikan bayanganmu dalam semua bayangan
Dan bukalah telingamu lalu
dengarlah, maka engkau akan mendengar suaramu sendiri dalam semua suara
Hal.
256, salah satu tulisan yang memesona saya. Buku yang sangat luar biasa. Dari awal
hingga akhir halaman saya disuguhkan oleh kata-kata yang indah.
05. Athirah – Alberthiene Endah
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Noura Books, Jakarta
karya
ini akan difilmkan. Bahkan sebelum hal itu, saya membayangkan bahwa karya ini
angkat diangkat ke layar lebar. Buku ini begitu emosional, bercerita perihal
ketabahan dan ketegaran Athirah dalam menjalani kehidupan berat ketika bahtera
rumah tangganya terguncang dan hampir karam.
Kisah
ibunda dari Bapak Jusuf Kalla ini begitu menyentuh. Akan tetapi, banyak pelajaran
berharga yang bisa diambil di dalam
kisah ini. Tentang perjuangan hidup, kemandirian, termasuk romantika seorang
Jusuf Kalla di dalamnya.
Banyak
cerita unik seorang Jusuf Kalla bisa ditemukan di dalam kisah ini, termasuk
seberapa berpengaruhannya ibunya tercinta, Athirah, di dalam kehidupannya.
Athirah
seorang perempuan tegar, beliau tidak patah arang ketika rumah tangganya
bergejolak. Ketika sang suami lari ke pelukan perempuan lain, tidak ada yang
dilakukannya kecuali bersabar. Beliau mengambil alih tanggung jawab
anak-anaknya di pundaknya. Athirah dimadu, itu faktanya, tapi beliau tidak
terlalu larut dalam kesedihan, bahkan beliau bisa bangkit dari keterpurukan
menjadi pedagang sutera yang berhasil. Ini patut diteladani.
“Apakah ini artinya Emma kalah, Jusuf?”
Makasar
menjadi latar belakang cerita ini.
04. Murjangkung – A. S. Laksana
Tahun terbit: 2013
Penerbit: GagasMedia, Jakarta
Membaca
Murjangkung adalah membaca dongeng modern. Di mana, penulis berhasil meramunya
menjadi sangat cantik seolah dongeng yang biasa dianalogikan sebagai kisah
dahulu kala, menjadi begitu kekinian. Ini menakjubkan, bahkan dalam beberapa
cerpen di dalam buku ini, penulis bisa memadukan dongeng-dongeng ini dengan
selera humor dan dan sebagian lagi memadukannya ke dalam unsur tragedi.
Seorang
pendongeng tentu saja harus memiliki imajinasi dan wawasan yang luas. Bagi penulis
dua hal tersebut adalah kelebihan yang dimilikinya, sehingga tidak susah bagi
dirinya menuliskan kisah-kisah ini menjadi cerita yang menarik.
Kualitas
cerpen-cerpen di dalamnya tidak perlu diragukan lagi, bahkan buku ini sempat
menjadi unggulan di Kusala Khatulistiwa Awards beberapa tahun lalu. Walau tidak
menang—kalah dari novel Pulang-nya Leila S. Chudori, setidaknya, buku ini
adalah buku yang sangat layak dibaca oleh para penyuka buku-buku sastra.
Beberapa
judul cerpennya terdengar nyeleneh, sebut saja: Bagaimana Murjangkung
Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut, Ibu Tiri Bergigi Emas, Teknik Mendapatkan
Cinta Sejati. Tentu saja, isinya jauh dari kata nyeleneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar