Sabtu, 22 Oktober 2016

21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Keempat










07. Payudara – Langit Amaravati
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Metafor Imagination, Bandung



Bicara Payudara adalah bicara soal perempuan. Bicara soal perempuan dengan permasalahan yang menghinggapinya. Ada banyak kisah yang diusung di dalam buku ini yang berputar di masalah perempuan yang selalu menjadi korban kemalangan dari dominasi lelaki juga tabiatnya.
Sebuah perlawanan perempuan terhadap kekuasaan lelaki yang terlampau kejam. Perlawanan perempuan terhadap kontruksi adat yang menjadikan lelaki adalah orang yang selalu harus dituruti dan diikuti. Sebuah perlawanan perempuan terhadap kesewenang-wenangan kaum lelaki.

27 kisah di dalam buku ini pada akhirnya mengantar Langit mengikuti Ubud Writers and Readers Festival, Bali, pada tahun 2013.

Jangan terkecoh dengan penampakan cover yang terkesan vulgar. Bila kalian memikirkan kisah-kisah vulgar seputar perempuan di dalamnya, jelas kalian tidak akan menemukannya.

Pada kebanyakan kisah, Langit menempatkan tokoh bernama lelaki sebagai tokoh antagonis yang pada akhirnya, cerita menempatkan tokoh ini berakhir dengan sangat tragis. Berakhir sebagai pecundang yang gagal.

06. Cinta, Keindahan, Kesunyian – Kahlil Gibran
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Narasi, Yogyakarta



Tugas puisi adalah menerjemahkan mimpi-mimpi ke dalam kenyataan; dan menafsirkan kenyataan dunia ke dalam impian.

Ungkapan yang pernah dikutip oleh Nietzsche dalam suratnya kepada Richard Wagner di atas barangkali dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan yang tidak jarang kita lontarkan, namun hampir pasti akan sulit menjawabnya: apa gunanya membaca puisi? (pengantar editor buku ini).

Membaca-baca karya yang ditulis oleh sang Maestro ini adalah membaca keindahan diksi dan kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Puisinya yang menyejukkan membawa saya, selaku pembaca, seolah diajak bereaksi dengan segala keindahan tata bahasa yang dituliskan Gibran.

Beberapa sastrawan banyak menyebutkan bahwa Gibran adalah sebuah perpaduan yang menarik antara Tagore, La Fontaine, Nietzsche, dan Sigmund Freud.

Jika engkau benar-benar membuka matamu dan melihat, engkau akan menyaksikan bayanganmu dalam semua bayangan

Dan bukalah telingamu lalu dengarlah, maka engkau akan mendengar suaramu sendiri dalam semua suara   

Hal. 256, salah satu tulisan yang memesona saya. Buku yang sangat luar biasa. Dari awal hingga akhir halaman saya disuguhkan oleh kata-kata yang indah.


05. Athirah – Alberthiene Endah
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Noura Books, Jakarta



karya ini akan difilmkan. Bahkan sebelum hal itu, saya membayangkan bahwa karya ini angkat diangkat ke layar lebar. Buku ini begitu emosional, bercerita perihal ketabahan dan ketegaran Athirah dalam menjalani kehidupan berat ketika bahtera rumah tangganya terguncang dan hampir karam.

Kisah ibunda dari Bapak Jusuf Kalla ini begitu menyentuh. Akan tetapi, banyak pelajaran  berharga yang bisa diambil di dalam kisah ini. Tentang perjuangan hidup, kemandirian, termasuk romantika seorang Jusuf Kalla di dalamnya.

Banyak cerita unik seorang Jusuf Kalla bisa ditemukan di dalam kisah ini, termasuk seberapa berpengaruhannya ibunya tercinta, Athirah, di dalam kehidupannya.
Athirah seorang perempuan tegar, beliau tidak patah arang ketika rumah tangganya bergejolak. Ketika sang suami lari ke pelukan perempuan lain, tidak ada yang dilakukannya kecuali bersabar. Beliau mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya di pundaknya. Athirah dimadu, itu faktanya, tapi beliau tidak terlalu larut dalam kesedihan, bahkan beliau bisa bangkit dari keterpurukan menjadi pedagang sutera yang berhasil. Ini patut diteladani.

 “Apakah ini artinya Emma kalah, Jusuf?”

Makasar menjadi latar belakang cerita ini.


04. Murjangkung – A. S. Laksana
Tahun terbit: 2013
Penerbit: GagasMedia, Jakarta



Membaca Murjangkung adalah membaca dongeng modern. Di mana, penulis berhasil meramunya menjadi sangat cantik seolah dongeng yang biasa dianalogikan sebagai kisah dahulu kala, menjadi begitu kekinian. Ini menakjubkan, bahkan dalam beberapa cerpen di dalam buku ini, penulis bisa memadukan dongeng-dongeng ini dengan selera humor dan dan sebagian lagi memadukannya ke dalam unsur tragedi.

Seorang pendongeng tentu saja harus memiliki imajinasi dan wawasan yang luas. Bagi penulis dua hal tersebut adalah kelebihan yang dimilikinya, sehingga tidak susah bagi dirinya menuliskan kisah-kisah ini menjadi cerita yang menarik.

Kualitas cerpen-cerpen di dalamnya tidak perlu diragukan lagi, bahkan buku ini sempat menjadi unggulan di Kusala Khatulistiwa Awards beberapa tahun lalu. Walau tidak menang—kalah dari novel Pulang-nya Leila S. Chudori, setidaknya, buku ini adalah buku yang sangat layak dibaca oleh para penyuka buku-buku sastra.

Beberapa judul cerpennya terdengar nyeleneh, sebut saja: Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut, Ibu Tiri Bergigi Emas, Teknik Mendapatkan Cinta Sejati. Tentu saja, isinya jauh dari kata nyeleneh.





Tidak ada komentar: