17.
Pintu Terlarang – Sekar Ayu Asmara
Tahun
terbit: 2009
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Bagi penyuka novel thriller, buku ini tidak layak
untuk diabaikan. Cerita di dalamnya sanggup membuat saya berdebar-debar.
Penulis seolah membawa pembaca ke dalam sebuah teka-teki yang sengaja ditebar
di dalam cerita ini. Sesekali saya mengerutkan dahi berpikir, sesekali pula
saya harus membuka halaman yang telah dibaca hanya untuk memastikan bahwa petunjuk
dari teka-teki itu tidak saya lewatkan.
Membaca novel ini mengingatkan saya akan
cerita-cerita yang biasa ditulis oleh Agatha Christie, penuh kejutan, juga
ketegangan.
Cerita ini sendiri menceritakan seorang pematung
terkenal bernama Gambir yang hidupnya diatur oleh istrinya yang sangat berkuasa
bernama Talyda. Pernikahan Gambir seakan sengaja dibuat terombang-ambing oleh
permainan yang penuh siasat dan tipu daya istrinya sendiri.
Pintu rahasia yang tanpa sengaja ditemukan oleh
Gambir membuatnya bertanya-tanya. Ada rahasia apa yang tersimpan di balik pintu
rahasia itu? Gambir yakin bahwa ada kekuatan gelap yang hendak menghancurkannya
lewat kekuatan di balik pintu tersebut.
Selain menceritakan Gambir, kisah lain melibatkan
Pusparanti, seorang jurnalis yang sedang menyelidiki kasus kekerasan terhadap
anak yang secara tidak sengaja kasusnya sangat mirip dengan kisah kekasihnya,
Dion.
Kisah ini sangat menarik ketika kedua tokoh yang
berlainan profesi ini mulai bersinggungan. Ditambah lagi perselingkuhan Talyda
yang memaksa Gambir untuk melakukan balas dendam.
Sangat mencekam dan membuat napas seakan ikut
berhenti ketika menyimak halaman demi halaman. Kalau tidak keliru, novel ini
pernah difilmkan dengan Fahri Albar sebagai pemeran Gambir. Endingnya sangat
tidak bisa ditebak.
16.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck – Buya Hamka
Tahun
terbit: 1939
Penerbit:
Balai Pustaka, Jakarta
Ketika buku ini terbit, saya tentu saja belum lahir.
Akan tetapi saya pernah mendengar dari cerita-cerita orang tua dulu, bahwa
novel ini sangat bagus. Beberapa puluh tahun kemudian saya bisa memilikinya.
Tentu saja ini bukan versi aslinya sebab buku ini pernah beberapa kali revisi
tanpa harus menubah keseluruhan isi cerita.
Novel ini sendiri pada mulanya adalah cerita
bersambung yang diterbitkan Majalah
Pedoman Masjarakat pada tahun 1938. Kisah ini berlatar belakang kota
Minangkabau abad 20 yang masih kental dengan peraturan adatnya. Kisah cinta
Hayati dan Zainuddin yang harus kandas dikarenakan oleh pagar tradisi yang
begitu tinggi. Zainuddin dianggap orang asing yang tidak diperkenankan menikahi
Hayati, walau pada kenyataannya darah Zainuddin masih mengalir darah Minang,
akan tetapi telah dianggap orang luar hanya karena beribukan dan tinggal di
Makasar.
Cinta Hayati kandas. Ia menikahi lelaki lain yang
kaya raya bernama Aziz, yang pada akhirnya, kebahagian tidak didapat oleh
mereka berdua karena watak Aziz yang kurang baik. Perjodohan itu berakhir
dengan perceraian.
Aziz yang pada akhirnya jatuh bangkrut memutuskan
untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sementara Hayati yang masih berharap cinta
Zainuddin akhirnya memutuskan kembali ke Minang. Namun kepulangannya berakhir
dengan tragis, ia menjadi korban kecelakaan yang menenggelamkan kapal yang ditumpanginya.
Kisah roman luar biasa dengan bumbu tradisi yang
memikat.
15.
Gerhana Kembar – Clara Ng
Tahun
terbit: 2007
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Di
negeri ini, membuat tulisan dengan tema cinta hubungan sejenis sangat rentan
menimbulkan polemik. Entah itu yang menentang dengan sangat keras, yang biasa
saja, hingga yang tidak terpengaruh sama sekali. Saya ada di bagian nomor tiga.
Bagi Clara, sang penulis, itu bukan perkara yang
patut dipikirkan, toh, ini hanya sebuah cerita walau pada kenyataannya, kisah
seperti ini bisa saja terjadi di kehidupan nyata.
Ini tentang cinta sejati. Cinta sampai mati. Itu
yang saya tangkap dari keseluruhan isi cerita. Tidak peduli bahwa cinta yang
dimaksud adalah cinta terlarang, yang tentu saja itu sesuatu yang sangat tidak
lazim: perempuan yang mencintai perempuan lagi.
Seperti yang tertulis di cover belakang bahwa kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah
tentang keluarga; kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. Kisah
cinta yang tak pernah kehilangan makna, walau diberikan di antara dua
perempuan.
Kisah ini sendiri pernah diterbitkan sebagai cerita
bersambung di harian Kompas edisi: Oktober 2007 hingga Januari 2008.
14.
Rectoverso – Dewi Lestari
Tahun
terbit: 2013
Penerbit:
Bentang Pustaka, Yogyakarta
11 kisah. 11 keunikan. 11 keindahan yang bersinergi
antara lagu dengan cerita.
Membaca Rectoverso, saya seolah disuguhkan oleh
sebuah pertunjukan teater kelas dunia yang memadukan harmonisasi antara musik,
lagu, cerita, juga gerak. Entah, saya merasa membaca kisah-kisah di dalam
Rectoverso membawa saya bertamasya ke tempat-tempat paling indah di dunia.
Beberapa judul mungkin sangat familier bila Anda
penyuka musik. Ini adalah gabungan yang unik: cerita yang dilagukan atau lagu
yang bercerita. Keduanya sama saja. Sama-sama menarik untuk ditelusuri. Dua di
antaranya pernah menjadi hit. Firasat
yang dinyanyikan oleh Marcell, juga Malaikat
Juga Tahu yang dinyanyikan oleh Dewi Lestari sendiri.
Mengutip endors
dari Jay Subiakto bahwa Rectoverso adalah kombinasi indah antara literer dan
musik yang merangsang visual.
Hal lain yang merangsang saya untuk memasukkan buku
ini ke daftar terbaik adalah cover-nya
yang nge-pop, sangat eye catching, memaksa saya untuk memilikinya
ketika berada di toko buku. Jadi kenapa tidak memasukkannya ke daftar terbaik?
Jika Anda penyuka musik, kelewatan bila tidak
memiliki Rectoverso ini. Sangat saya anjurkan.
13.
Sabtu Bersama Bapak – Adhitya Mulya
Tahun
terbit: 2014
Penerbit:
GagasMedia, Jakarta
Sangat inspiratif. Pantas saja kalau novel ini
diadaptasi ke layar lebar, dengan judul yang sama. Banyak pesan moral yang bisa
diambil dari novel ini. Simple, menggelitik, akan tetapi sangat berisi dan
banyak petuah bijak yang bisa dijadikan acuan hidup.
Tokoh-tokoh di dalamnya punya karakteristik yang
sangat kuat. Entah itu Gunawan Garnida, sang bapak; Itje sang ibu; hingga Satya
dan Cakra sang anak. Mereka seakan memiliki kekuatan dan kelebihan yang tidak
orang lain punya.
Tema cerita ini sebenarnya sederhana saja, seorang
bapak yang sudah diprediksi bahwa hidupnya tidak akan lama lagi sebab penyaki
kanker, dan itu terbukti. Sang bapak ingin selalu berada bersama anak-anaknya selama
mereka menjalani hidup. Umurnya tidak lama lagi, itu faktanya. Maka, dengan
berbekal kamera video sang bapak merekam setiap hal yang akan disampaikan
sebagai pengganti bila dirinya benar-benar tidak diizinkan berumur panjang.
Sedih, bahagia, terkadang membuat tersenyum. Kisah
ini mencampuradukkan perasaan-perasaan tersebut menjadi satu. Sangat emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar