Kamis, 20 Oktober 2016

21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Kedua
















17. Pintu Terlarang – Sekar Ayu Asmara
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



Bagi penyuka novel thriller, buku ini tidak layak untuk diabaikan. Cerita di dalamnya sanggup membuat saya berdebar-debar. Penulis seolah membawa pembaca ke dalam sebuah teka-teki yang sengaja ditebar di dalam cerita ini. Sesekali saya mengerutkan dahi berpikir, sesekali pula saya harus membuka halaman yang telah dibaca hanya untuk memastikan bahwa petunjuk dari teka-teki itu tidak saya lewatkan.

Membaca novel ini mengingatkan saya akan cerita-cerita yang biasa ditulis oleh Agatha Christie, penuh kejutan, juga ketegangan.
Cerita ini sendiri menceritakan seorang pematung terkenal bernama Gambir yang hidupnya diatur oleh istrinya yang sangat berkuasa bernama Talyda. Pernikahan Gambir seakan sengaja dibuat terombang-ambing oleh permainan yang penuh siasat dan tipu daya istrinya sendiri.
Pintu rahasia yang tanpa sengaja ditemukan oleh Gambir membuatnya bertanya-tanya. Ada rahasia apa yang tersimpan di balik pintu rahasia itu? Gambir yakin bahwa ada kekuatan gelap yang hendak menghancurkannya lewat kekuatan di balik pintu tersebut.
Selain menceritakan Gambir, kisah lain melibatkan Pusparanti, seorang jurnalis yang sedang menyelidiki kasus kekerasan terhadap anak yang secara tidak sengaja kasusnya sangat mirip dengan kisah kekasihnya, Dion.
Kisah ini sangat menarik ketika kedua tokoh yang berlainan profesi ini mulai bersinggungan. Ditambah lagi perselingkuhan Talyda yang memaksa Gambir untuk melakukan balas dendam.
Sangat mencekam dan membuat napas seakan ikut berhenti ketika menyimak halaman demi halaman. Kalau tidak keliru, novel ini pernah difilmkan dengan Fahri Albar sebagai pemeran Gambir. Endingnya sangat tidak bisa ditebak.  

16. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck – Buya Hamka
Tahun terbit: 1939
Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta



Ketika buku ini terbit, saya tentu saja belum lahir. Akan tetapi saya pernah mendengar dari cerita-cerita orang tua dulu, bahwa novel ini sangat bagus. Beberapa puluh tahun kemudian saya bisa memilikinya. Tentu saja ini bukan versi aslinya sebab buku ini pernah beberapa kali revisi tanpa harus menubah keseluruhan isi cerita.
Novel ini sendiri pada mulanya adalah cerita bersambung yang diterbitkan  Majalah Pedoman Masjarakat pada tahun 1938. Kisah ini berlatar belakang kota Minangkabau abad 20 yang masih kental dengan peraturan adatnya. Kisah cinta Hayati dan Zainuddin yang harus kandas dikarenakan oleh pagar tradisi yang begitu tinggi. Zainuddin dianggap orang asing yang tidak diperkenankan menikahi Hayati, walau pada kenyataannya darah Zainuddin masih mengalir darah Minang, akan tetapi telah dianggap orang luar hanya karena beribukan dan tinggal di Makasar.
Cinta Hayati kandas. Ia menikahi lelaki lain yang kaya raya bernama Aziz, yang pada akhirnya, kebahagian tidak didapat oleh mereka berdua karena watak Aziz yang kurang baik. Perjodohan itu berakhir dengan perceraian.
Aziz yang pada akhirnya jatuh bangkrut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sementara Hayati yang masih berharap cinta Zainuddin akhirnya memutuskan kembali ke Minang. Namun kepulangannya berakhir dengan tragis, ia menjadi korban kecelakaan yang menenggelamkan kapal yang ditumpanginya.
Kisah roman luar biasa dengan bumbu tradisi yang memikat.


15. Gerhana Kembar – Clara Ng
Tahun terbit: 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



Di negeri ini, membuat tulisan dengan tema cinta hubungan sejenis sangat rentan menimbulkan polemik. Entah itu yang menentang dengan sangat keras, yang biasa saja, hingga yang tidak terpengaruh sama sekali. Saya ada di bagian nomor tiga.
Bagi Clara, sang penulis, itu bukan perkara yang patut dipikirkan, toh, ini hanya sebuah cerita walau pada kenyataannya, kisah seperti ini bisa saja terjadi di kehidupan nyata.
Ini tentang cinta sejati. Cinta sampai mati. Itu yang saya tangkap dari keseluruhan isi cerita. Tidak peduli bahwa cinta yang dimaksud adalah cinta terlarang, yang tentu saja itu sesuatu yang sangat tidak lazim: perempuan yang mencintai perempuan lagi.
Seperti yang tertulis di cover belakang bahwa kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah tentang keluarga; kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. Kisah cinta yang tak pernah kehilangan makna, walau diberikan di antara dua perempuan.
Kisah ini sendiri pernah diterbitkan sebagai cerita bersambung di harian Kompas edisi: Oktober 2007 hingga Januari 2008.

14. Rectoverso – Dewi Lestari
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta



11 kisah. 11 keunikan. 11 keindahan yang bersinergi antara lagu dengan cerita.
Membaca Rectoverso, saya seolah disuguhkan oleh sebuah pertunjukan teater kelas dunia yang memadukan harmonisasi antara musik, lagu, cerita, juga gerak. Entah, saya merasa membaca kisah-kisah di dalam Rectoverso membawa saya bertamasya ke tempat-tempat paling indah di dunia.
Beberapa judul mungkin sangat familier bila Anda penyuka musik. Ini adalah gabungan yang unik: cerita yang dilagukan atau lagu yang bercerita. Keduanya sama saja. Sama-sama menarik untuk ditelusuri. Dua di antaranya pernah menjadi hit. Firasat yang dinyanyikan oleh Marcell, juga Malaikat Juga Tahu yang dinyanyikan oleh Dewi Lestari sendiri.
Mengutip endors dari Jay Subiakto bahwa Rectoverso adalah kombinasi indah antara literer dan musik yang merangsang visual.
Hal lain yang merangsang saya untuk memasukkan buku ini ke daftar terbaik adalah cover-nya yang nge-pop, sangat eye catching, memaksa saya untuk memilikinya ketika berada di toko buku. Jadi kenapa tidak memasukkannya ke daftar terbaik?
Jika Anda penyuka musik, kelewatan bila tidak memiliki Rectoverso ini. Sangat saya anjurkan.


13. Sabtu Bersama Bapak – Adhitya Mulya
Tahun terbit: 2014
Penerbit: GagasMedia, Jakarta


Sangat inspiratif. Pantas saja kalau novel ini diadaptasi ke layar lebar, dengan judul yang sama. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari novel ini. Simple, menggelitik, akan tetapi sangat berisi dan banyak petuah bijak yang bisa dijadikan acuan hidup.

Tokoh-tokoh di dalamnya punya karakteristik yang sangat kuat. Entah itu Gunawan Garnida, sang bapak; Itje sang ibu; hingga Satya dan Cakra sang anak. Mereka seakan memiliki kekuatan dan kelebihan yang tidak orang lain punya.
Tema cerita ini sebenarnya sederhana saja, seorang bapak yang sudah diprediksi bahwa hidupnya tidak akan lama lagi sebab penyaki kanker, dan itu terbukti. Sang bapak ingin selalu berada bersama anak-anaknya selama mereka menjalani hidup. Umurnya tidak lama lagi, itu faktanya. Maka, dengan berbekal kamera video sang bapak merekam setiap hal yang akan disampaikan sebagai pengganti bila dirinya benar-benar tidak diizinkan berumur panjang.
Sedih, bahagia, terkadang membuat tersenyum. Kisah ini mencampuradukkan perasaan-perasaan tersebut menjadi satu. Sangat emosional.




Tidak ada komentar: