Minggu, 30 Oktober 2016

21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Terakhir





03. Ayat-ayat Cinta – Habiburahman El Shirazy
Tahun terbit: 2004
Penerbit: Republika, Jakarta



Tadinya, saya sangat antusias memasukkan novel Ayat-ayat Cinta 2 masuk ke dalam list, namun, sesuatu hal mengurungkan niat tersebut. Saya tidak sedang menyebutkan bahwa Ayat-ayat Cinta mengalami penurunan kualitas disbanding Ayat-ayat Cinta yang pertama, tidak sama sekali. Dari segi apa pun, kedua seri novel ini jelas sangat luar biasa dan tidak perlu diperdebatkan. Hanya saja, saya harus memilih di antara kedua novel tersebut. Tidak ada larangan untuk memasukkan dua buku dari pengarang yang sama ke daftar saya. Akan tetapi, kecuali, Rectoverso dan Intelegensi Embun Pagi—Dee. Sepertinya saya harus mempertimbangkan untuk memilih salah satunya.

Kesuksesan Ayat-ayat Cinta pertama membuat saya mempunyai expectasi berlebih untuk serial kedua. Nyatanya, saya mengalami sebuah kekecewaan. Sekali lagi bukan berhubungan dengan kualitas. Ketika saya memulai membaca Ayat-ayat Cinta 2 yang menjelaskan bahwa tokoh Aisyah menghilang, saya selaku pembaca menduga aka nada sesuatu yang lebih yang akan menarik perhatian saya hingga mengakhiri halaman demi halaman cerita. Namun, ketika muncul tokoh pengemis berwajah rusak, saya seolah menebak bahwa tokoh itu adalah Aisyah. Dan pada kenyataannya memang benar.

Bila saja tebakanku tidak terbukti, saya akan dengan begitu antusias mengatakan bahwa buku kedua sangat memuaskan. Berhubung tebakanku terbukti bahwa pengemis bermuka rusak itu adalah Aisyah, kecewalah saya. Kenapa begitu? Setidaknya, bagi saya, ceritanya jadi tidak menarik sebab pembaca sudah bisa menebak.  Maka dari itu, Ayat-ayat Cinta 2 langsung saya ke sampingkan.

Ayat-ayat Cinta pantas menempatkan penulisnya sebagai penulis novel nomor satu negeri ini. Bagaimana tidak, permasalahan yang komplek perihal pandangan negatif dunia terhadap Muslim terjawab di sini. Ada beberapa bagian dalam novel ini yang bisa dengan tegas melantakkan pandangan miring orang-orang yang secara tegas ataupun tidak bahwa Muslim itu teroris.

Tokoh Fahri begitu hidup seolah benar-benar ada dalam kehidupan. Banyak tokoh lainnya yang bisa dikatakan sentral: ada Noura, Aisyah, hingga Maria. Banyak konflik yang secara tidak langsung menggambarkan kehidupan umat Islam yang tidak sejelek prasangka orang-orang yang membenci. Apik dan banyak pelajaran yang bisa diambil.

Setting Timur Tengah-nya membuat cerita di dalam buku ini benar-benar hidup. Begitu religious, menyentuh, dan bisa membuka mata dunia bahwa Islam itu agama damai.


02. Inteligensi Embun Pagi – Dewi Lestari
Tahun terbit: 2016
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta



Setelah membaca buku pertama seri Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, jujur, saya sangat antusias untuk mengikuti seri-seri selanjutnya. Bukan tanpa alasan, bagi saya Supernova adalah sebuah kebaruan dalam ranah perbukuan di Indonesia, fiksi ilmiah tidak selalu harus ngjelimet. Dewi Lestari berhasil mengubah persepsi itu. Saya sendiri sangat menyukai setiap detail cerita yang dibangun. Banyak kata-kata yang sebenarnya tidak kufahami, entah kenapa, saya tetap saja menikmatinya tanpa harus mengerutkan dahi.

Bertahun-tahun saya memburu kelanjutan Supernova. Ibarat puzzle, pada akhirnya Inteligensi adalah keping terakhir yang membuat seri ini menjadi utuh. Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, adalah awal. Akar, Petir, Partikel, juga Gelombang adalah kelanjutan cerita. Dan, Inteligensi Embun Pagi adalah klimaks puncak sekaligus penyempurna dari buku-buku sebelumnya dengan tokoh-tokoh pada kisah-kisah sebelumnya berkumpul.

Inteleginsi Embun Pagi menjadi seri penutup Supernova yang menutup  dengan begitu sempurna tanpa cela. Seri terakhir ini menjadi ajang pertemuan sekaligus reuni dari tokoh-tokoh yang terlibat di dalam kisah-kisah sebelumnya. Ada Elektra dari Petir, Gio, Body, Zarah dari Partikel, dan Alfa Sagala dari Gelombang. Untuk kemudian mereka dipersatukan dan terhubung di sini.

Karya yang sangat luar biasa. Hanya saja di akhir cerita saya sedikit kecewa, kenapa harus Alfa yang diceritakan harus terbunuh, bukan yang lain? Entahlah.



01.  Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



Membaca Cantik Itu Luka seolah membaca sesuatu yang berbeda. Berbeda dalam artian positif. Tidak banyak penulis yang berhasil mengangkat cerita berbalut cerita sastra yang semenarik ini. Kebanyakan bahasa sastra sanggup membuat pembacanya mengerutkan dahi begitu dalam, tidak mengerti. Di dalam cerita ini segala-galanya ada: surealisnya, sedikit horror dan mistis, romantika, hingga apa pun itu membuat cerita ini begitu luar bahasa.
Bukan hal yang biasa saja bila sebuah cerita diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa negara lain. Itu artinya kualitasnya berada pada level atas.
Cantik itu luka adalah sejarah juga filosofi yang keberadaannya bisa jadi khazanah yang mengagumkan bagi dunia perbukuan di Indonesia.
Mengutip beberapa endors yang ada di dalam buku ini, di antaranya:

-          Maman S. Mahayana: Mencermati isinya, kita seperti memasuki sebuah dunia yang di sana, segalanya ada.
-          Raudal Tanjung Banua: Membaca Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, kita akan bersua cinta membara di antara tokoh-tokohnya.
-          Alex Supartono: Perihal berbagai gaya dan bentuk yang diaduk jadi satu, Cantik Itu Luka memang sebuah penataan berbagai sastra yang pernah ada

Cerita di dalamnya begitu kompleks dan rumit, akan tetapi, jangan merasa terbebani bila membacanya, sebab, gaya penuturan yang menarik bisa dengan telak mengalahkan segala kerumitan tersebut. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca.


Pada akhirnya tulisan yang sangat sederhana ini harus saya akhiri. Saya selaku penulis meminta maaf atas segala keterbatasan bahasa yang saya miliki. Semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat bagi kalian yang membacanya. Semoga dan semoga. Akhir kata dari saya, teruslah menulis, apa pun itu. Terima kasih atas kesedian kalian membaca tulisan saya yang masih jauh dari kata berkualitas ini.

Cibatu, Oktober, 2016






Sabtu, 22 Oktober 2016

21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Keempat










07. Payudara – Langit Amaravati
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Metafor Imagination, Bandung



Bicara Payudara adalah bicara soal perempuan. Bicara soal perempuan dengan permasalahan yang menghinggapinya. Ada banyak kisah yang diusung di dalam buku ini yang berputar di masalah perempuan yang selalu menjadi korban kemalangan dari dominasi lelaki juga tabiatnya.
Sebuah perlawanan perempuan terhadap kekuasaan lelaki yang terlampau kejam. Perlawanan perempuan terhadap kontruksi adat yang menjadikan lelaki adalah orang yang selalu harus dituruti dan diikuti. Sebuah perlawanan perempuan terhadap kesewenang-wenangan kaum lelaki.

27 kisah di dalam buku ini pada akhirnya mengantar Langit mengikuti Ubud Writers and Readers Festival, Bali, pada tahun 2013.

Jangan terkecoh dengan penampakan cover yang terkesan vulgar. Bila kalian memikirkan kisah-kisah vulgar seputar perempuan di dalamnya, jelas kalian tidak akan menemukannya.

Pada kebanyakan kisah, Langit menempatkan tokoh bernama lelaki sebagai tokoh antagonis yang pada akhirnya, cerita menempatkan tokoh ini berakhir dengan sangat tragis. Berakhir sebagai pecundang yang gagal.

06. Cinta, Keindahan, Kesunyian – Kahlil Gibran
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Narasi, Yogyakarta



Tugas puisi adalah menerjemahkan mimpi-mimpi ke dalam kenyataan; dan menafsirkan kenyataan dunia ke dalam impian.

Ungkapan yang pernah dikutip oleh Nietzsche dalam suratnya kepada Richard Wagner di atas barangkali dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan yang tidak jarang kita lontarkan, namun hampir pasti akan sulit menjawabnya: apa gunanya membaca puisi? (pengantar editor buku ini).

Membaca-baca karya yang ditulis oleh sang Maestro ini adalah membaca keindahan diksi dan kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Puisinya yang menyejukkan membawa saya, selaku pembaca, seolah diajak bereaksi dengan segala keindahan tata bahasa yang dituliskan Gibran.

Beberapa sastrawan banyak menyebutkan bahwa Gibran adalah sebuah perpaduan yang menarik antara Tagore, La Fontaine, Nietzsche, dan Sigmund Freud.

Jika engkau benar-benar membuka matamu dan melihat, engkau akan menyaksikan bayanganmu dalam semua bayangan

Dan bukalah telingamu lalu dengarlah, maka engkau akan mendengar suaramu sendiri dalam semua suara   

Hal. 256, salah satu tulisan yang memesona saya. Buku yang sangat luar biasa. Dari awal hingga akhir halaman saya disuguhkan oleh kata-kata yang indah.


05. Athirah – Alberthiene Endah
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Noura Books, Jakarta



karya ini akan difilmkan. Bahkan sebelum hal itu, saya membayangkan bahwa karya ini angkat diangkat ke layar lebar. Buku ini begitu emosional, bercerita perihal ketabahan dan ketegaran Athirah dalam menjalani kehidupan berat ketika bahtera rumah tangganya terguncang dan hampir karam.

Kisah ibunda dari Bapak Jusuf Kalla ini begitu menyentuh. Akan tetapi, banyak pelajaran  berharga yang bisa diambil di dalam kisah ini. Tentang perjuangan hidup, kemandirian, termasuk romantika seorang Jusuf Kalla di dalamnya.

Banyak cerita unik seorang Jusuf Kalla bisa ditemukan di dalam kisah ini, termasuk seberapa berpengaruhannya ibunya tercinta, Athirah, di dalam kehidupannya.
Athirah seorang perempuan tegar, beliau tidak patah arang ketika rumah tangganya bergejolak. Ketika sang suami lari ke pelukan perempuan lain, tidak ada yang dilakukannya kecuali bersabar. Beliau mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya di pundaknya. Athirah dimadu, itu faktanya, tapi beliau tidak terlalu larut dalam kesedihan, bahkan beliau bisa bangkit dari keterpurukan menjadi pedagang sutera yang berhasil. Ini patut diteladani.

 “Apakah ini artinya Emma kalah, Jusuf?”

Makasar menjadi latar belakang cerita ini.


04. Murjangkung – A. S. Laksana
Tahun terbit: 2013
Penerbit: GagasMedia, Jakarta



Membaca Murjangkung adalah membaca dongeng modern. Di mana, penulis berhasil meramunya menjadi sangat cantik seolah dongeng yang biasa dianalogikan sebagai kisah dahulu kala, menjadi begitu kekinian. Ini menakjubkan, bahkan dalam beberapa cerpen di dalam buku ini, penulis bisa memadukan dongeng-dongeng ini dengan selera humor dan dan sebagian lagi memadukannya ke dalam unsur tragedi.

Seorang pendongeng tentu saja harus memiliki imajinasi dan wawasan yang luas. Bagi penulis dua hal tersebut adalah kelebihan yang dimilikinya, sehingga tidak susah bagi dirinya menuliskan kisah-kisah ini menjadi cerita yang menarik.

Kualitas cerpen-cerpen di dalamnya tidak perlu diragukan lagi, bahkan buku ini sempat menjadi unggulan di Kusala Khatulistiwa Awards beberapa tahun lalu. Walau tidak menang—kalah dari novel Pulang-nya Leila S. Chudori, setidaknya, buku ini adalah buku yang sangat layak dibaca oleh para penyuka buku-buku sastra.

Beberapa judul cerpennya terdengar nyeleneh, sebut saja: Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut, Ibu Tiri Bergigi Emas, Teknik Mendapatkan Cinta Sejati. Tentu saja, isinya jauh dari kata nyeleneh.





Kamis, 20 Oktober 2016

21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Ketiga











12. Negeri Para Bedebah – Tere Liye
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



saya mengalami sedikit kesulitan ketika harus memilih novel mana yang ditulis oleh Tere Liye yang layak saya masukkan ke daftar terbaik. Ada banyak pertimbangan untuk memasukkan salah satunya. Dari sekian banyak novel Tere yang saya miliki, Negeri Para Bedebah inilah yang berhasil menarik perhatian saya, selain Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin.

Penulis yang satu ini memang sangat luar biasa. Sangat produktif, karya yang dihasilkannya selalu disambut antusias oleh pubklik yang menjadikan banyak buku Tere mendapat stempel best seller.

Negeri Para Bedebah bertemakan masalah ekonomi politik yang terjadi di Indonesia. Tokohnya sendiri bernama Thomas, seorang konsultan keuangan yang namanya sudah sangat mendunia.
Kisahnya sendiri menceritakan bagaimana nasib seorang Thomas yang kehilangan orang tuanya harus berjuang untuk hidup mandiri plus keinginannya untuk membalas dendam atas kematian orang tuanya.

Thomas berusaha menyelamatkan Bank Semesta milik Om-nya, di sinilah petualangannya dimulai. Thomas seorang pekerja keras dan petarung sejati, banyak aksi mendebarkan yang ditulis Tere dalam novelnya kali ini. Kalau boleh berpendapat, cerita novel ini adalah gambaran nyata dari kehidupan ekonomi politik yang terjadi di negeri kita ini yang banyak menampilkan penyelewengan-penyelewengan.

Sangat menarik. Novel ini sendiri pernah menjadi nominasi unggulan di penghargaan Khatulistiwa bersama buku-nya Linda Christantie.

11. Kei – Erni Aladjai
Tahun terbit: 2013
Penerbit: GagasMedia, Jakarta



Salah satu novel unggulan Dewan Kesenian Jakarta 2012, menjadikan novel ini layak menjadi novel terbaik bagi saya.  Novel ini sendiri berlatar belakang kerusuhan yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu. Pertikaian berbau SARA.
Dari segi penokohan, penulis berhasil membangun karakter tokoh utamanya dengan sangat dinamis, karakteristik yang begitu mendalam seolah-olah tokohnya tersebut bukanlah seorang yang fiktif.

Kutemukan cinta di tengah perang. Itu benang merah yang ingin disampaikan penulis. Di mana, cinta itu datang tidak pernah mengenal waktu dan tempat. Dalam situasi peperangan pun cinta itu bisa hadir.

Alurnya begitu mengalir dengan begitu intens, menjadikan cerita ini tidak kehilangan jalur ceritanya dari awal hingga akhir.

Sala dan Namira adalah dua tokoh sentral dalam kisah ini yang keberadaannya benar-benar terasa sangat hidup. Memperjuangkan cinta dengan segala konsekuensinya.


10. Persiden – Wisran Hadi
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta



Tak ada yang tahu mengapa Cik Inan mendadak berubah sikap, termasuk keempat saudara lelakinya. Penasaran, mereka berusaha mencari tahu penyebabnya.
Namun, tak pernah terbayang jika rahasia Cik Inan akan menyeret mereka ke masalah yang lebih rumit. Bukan hanya menyangkut kelangsungan rumah bagonjong peninggalan leluhur mereka, tetapi juga nama baik dan terutama rahasia-rahasia konyol yang tersembunyi.

Persiden, merupakan salah satu novel unggulan DKJ 2010. Melalui pergulatan sebuah keluarga di simpang Persiden, tempat di mana cerita ini dibuka, Wisran Hadi berusaha menyampaikan konflik tradisi yang terjadi di Sumatra Barat. Kental dengan nuansa Minangkabau, novel ini menggugat polah tingkah kita sehari-hari, sebuah transisi perilaku antara manusia yang menjunjung tradisi dan yang mulai terbawa arus kemodernan.

Wisran Hadi sendiri, penulisnya, sudah berpulang ke hadirat ilahi pada tahun 2011. Sebuah adat, sebuah tradisi, juga sebuah rahasia. Sampai kapan sebuah rahasia bisa dikubur rapat-rapat? Jawabannya bisa disimak di dalam novel ini.

09. Surga yang Tak Dirindukan – Asma Nadia
Tahun terbit: 2014
Penerbit: AsmaNadia Publishing House, Depok




Arini selalu membayangkan bahwa rumah tangganya selalu diberikan kebahagian seperti cerita-cerita di dalam dongeng. Ia selalu membayangkan bahwa suaminya adalah seorang lelaki tampan yang baik hati. Dan, pada akhirnya terbukti. Dirinya dipersunting oleh lelaki yang diimpikannya: Andhika Prasetya atau Pras.

Arini adalah seorang penulis, sedangkan Pras adalah dosen. Rumah tangga mereka sangat bahagia hingga dikarunia tiga orang buah hati.

Semuanya baik-baik saja. Akan tetapi, pertemuan tidak sengaja Pras dengan Mei Rose adalah awal dari keretakan rumah tangga Arini. Pras menemukan sebuah kecelakaan yang melibatkan Mei Rose sebagai korban, perempuan berdarah Tionghoa yang selama hidupnya sangat kenyang dengan penderitaan.
Mei Rose sedang berusaha mengakhiri hidupnya ketika Pras menyelamatkannya. Berulang dan berulang setelahnya Mei berusaha bunuh diri. Pras yang berempati pada akhirnya berbuat baik untuk menikahinya. Ini menjadi suatu rahasia yang kemudian diketahui oleh Arini.

Konflik keluarga. Poligami. Ketabahan.

Novel ini diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Sebenarnya, novel ini sendiri judul aslinya adalah Istana Kedua.


08. Back to Ubud, Another Village Called Home – Amanche Franck OE Ninu, dkk.
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Forum Sastra Indonesia – UWRF – HIVOS



Saya termasuk orang yang beruntung memiliki buku ini. Sebab, penulis-penulis tenar dan potensial berkumpul di sini. Sebut saja: Arif Fitra Kurniawan, Benazir Nafilah Al Fauzi, Frieda Amran, Guntur Alam, Indah Darmastuti, Ratna Ayu Budhiarti, Sandie Firly, Sanie B. Kuncoro, dan yang lainnya. Mereka dengan kelebihannya masing-masing menuliskan karya-karya luar biasa di buku ini.

Ide buku ini sendiri tercetus sebagai gagasan dari Saut Poltak tambunan di sela-sela acara Ubud Writers and Readers Festival di Bali. Gayung bersambut dengan terkumpulnya tulisan dari 16 orang penulis, berupa cerpen juga puisi.

Buku ini ditulis ke dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Sementara temanya sendiri berkutat seputar pulang kampung, sesuai dengan subjudulnya: Another Village Called Home, Mudik ke Kampung Lain.
 latar belakang tempat yang berbeda membuat kisah-kisah yang tertulis di dalamnya begitu menarik, begitu Indonesia yang penuh keragaman.

Saya mencoba mengutip salah satu puisi yang ada di dalam buku ini yang luar biasa menarik. Dalam bahasa Inggris.

Solitude
Arif Fitra Kurniawan

God has left me
Prayers have left me
Acts of worship has left me
All the words of forgiveness has left me

Leaving for me
Only a throat


21 Buku Terbaik Versi Saya Bagian Kedua
















17. Pintu Terlarang – Sekar Ayu Asmara
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



Bagi penyuka novel thriller, buku ini tidak layak untuk diabaikan. Cerita di dalamnya sanggup membuat saya berdebar-debar. Penulis seolah membawa pembaca ke dalam sebuah teka-teki yang sengaja ditebar di dalam cerita ini. Sesekali saya mengerutkan dahi berpikir, sesekali pula saya harus membuka halaman yang telah dibaca hanya untuk memastikan bahwa petunjuk dari teka-teki itu tidak saya lewatkan.

Membaca novel ini mengingatkan saya akan cerita-cerita yang biasa ditulis oleh Agatha Christie, penuh kejutan, juga ketegangan.
Cerita ini sendiri menceritakan seorang pematung terkenal bernama Gambir yang hidupnya diatur oleh istrinya yang sangat berkuasa bernama Talyda. Pernikahan Gambir seakan sengaja dibuat terombang-ambing oleh permainan yang penuh siasat dan tipu daya istrinya sendiri.
Pintu rahasia yang tanpa sengaja ditemukan oleh Gambir membuatnya bertanya-tanya. Ada rahasia apa yang tersimpan di balik pintu rahasia itu? Gambir yakin bahwa ada kekuatan gelap yang hendak menghancurkannya lewat kekuatan di balik pintu tersebut.
Selain menceritakan Gambir, kisah lain melibatkan Pusparanti, seorang jurnalis yang sedang menyelidiki kasus kekerasan terhadap anak yang secara tidak sengaja kasusnya sangat mirip dengan kisah kekasihnya, Dion.
Kisah ini sangat menarik ketika kedua tokoh yang berlainan profesi ini mulai bersinggungan. Ditambah lagi perselingkuhan Talyda yang memaksa Gambir untuk melakukan balas dendam.
Sangat mencekam dan membuat napas seakan ikut berhenti ketika menyimak halaman demi halaman. Kalau tidak keliru, novel ini pernah difilmkan dengan Fahri Albar sebagai pemeran Gambir. Endingnya sangat tidak bisa ditebak.  

16. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck – Buya Hamka
Tahun terbit: 1939
Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta



Ketika buku ini terbit, saya tentu saja belum lahir. Akan tetapi saya pernah mendengar dari cerita-cerita orang tua dulu, bahwa novel ini sangat bagus. Beberapa puluh tahun kemudian saya bisa memilikinya. Tentu saja ini bukan versi aslinya sebab buku ini pernah beberapa kali revisi tanpa harus menubah keseluruhan isi cerita.
Novel ini sendiri pada mulanya adalah cerita bersambung yang diterbitkan  Majalah Pedoman Masjarakat pada tahun 1938. Kisah ini berlatar belakang kota Minangkabau abad 20 yang masih kental dengan peraturan adatnya. Kisah cinta Hayati dan Zainuddin yang harus kandas dikarenakan oleh pagar tradisi yang begitu tinggi. Zainuddin dianggap orang asing yang tidak diperkenankan menikahi Hayati, walau pada kenyataannya darah Zainuddin masih mengalir darah Minang, akan tetapi telah dianggap orang luar hanya karena beribukan dan tinggal di Makasar.
Cinta Hayati kandas. Ia menikahi lelaki lain yang kaya raya bernama Aziz, yang pada akhirnya, kebahagian tidak didapat oleh mereka berdua karena watak Aziz yang kurang baik. Perjodohan itu berakhir dengan perceraian.
Aziz yang pada akhirnya jatuh bangkrut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sementara Hayati yang masih berharap cinta Zainuddin akhirnya memutuskan kembali ke Minang. Namun kepulangannya berakhir dengan tragis, ia menjadi korban kecelakaan yang menenggelamkan kapal yang ditumpanginya.
Kisah roman luar biasa dengan bumbu tradisi yang memikat.


15. Gerhana Kembar – Clara Ng
Tahun terbit: 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta



Di negeri ini, membuat tulisan dengan tema cinta hubungan sejenis sangat rentan menimbulkan polemik. Entah itu yang menentang dengan sangat keras, yang biasa saja, hingga yang tidak terpengaruh sama sekali. Saya ada di bagian nomor tiga.
Bagi Clara, sang penulis, itu bukan perkara yang patut dipikirkan, toh, ini hanya sebuah cerita walau pada kenyataannya, kisah seperti ini bisa saja terjadi di kehidupan nyata.
Ini tentang cinta sejati. Cinta sampai mati. Itu yang saya tangkap dari keseluruhan isi cerita. Tidak peduli bahwa cinta yang dimaksud adalah cinta terlarang, yang tentu saja itu sesuatu yang sangat tidak lazim: perempuan yang mencintai perempuan lagi.
Seperti yang tertulis di cover belakang bahwa kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah tentang keluarga; kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. Kisah cinta yang tak pernah kehilangan makna, walau diberikan di antara dua perempuan.
Kisah ini sendiri pernah diterbitkan sebagai cerita bersambung di harian Kompas edisi: Oktober 2007 hingga Januari 2008.

14. Rectoverso – Dewi Lestari
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta



11 kisah. 11 keunikan. 11 keindahan yang bersinergi antara lagu dengan cerita.
Membaca Rectoverso, saya seolah disuguhkan oleh sebuah pertunjukan teater kelas dunia yang memadukan harmonisasi antara musik, lagu, cerita, juga gerak. Entah, saya merasa membaca kisah-kisah di dalam Rectoverso membawa saya bertamasya ke tempat-tempat paling indah di dunia.
Beberapa judul mungkin sangat familier bila Anda penyuka musik. Ini adalah gabungan yang unik: cerita yang dilagukan atau lagu yang bercerita. Keduanya sama saja. Sama-sama menarik untuk ditelusuri. Dua di antaranya pernah menjadi hit. Firasat yang dinyanyikan oleh Marcell, juga Malaikat Juga Tahu yang dinyanyikan oleh Dewi Lestari sendiri.
Mengutip endors dari Jay Subiakto bahwa Rectoverso adalah kombinasi indah antara literer dan musik yang merangsang visual.
Hal lain yang merangsang saya untuk memasukkan buku ini ke daftar terbaik adalah cover-nya yang nge-pop, sangat eye catching, memaksa saya untuk memilikinya ketika berada di toko buku. Jadi kenapa tidak memasukkannya ke daftar terbaik?
Jika Anda penyuka musik, kelewatan bila tidak memiliki Rectoverso ini. Sangat saya anjurkan.


13. Sabtu Bersama Bapak – Adhitya Mulya
Tahun terbit: 2014
Penerbit: GagasMedia, Jakarta


Sangat inspiratif. Pantas saja kalau novel ini diadaptasi ke layar lebar, dengan judul yang sama. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari novel ini. Simple, menggelitik, akan tetapi sangat berisi dan banyak petuah bijak yang bisa dijadikan acuan hidup.

Tokoh-tokoh di dalamnya punya karakteristik yang sangat kuat. Entah itu Gunawan Garnida, sang bapak; Itje sang ibu; hingga Satya dan Cakra sang anak. Mereka seakan memiliki kekuatan dan kelebihan yang tidak orang lain punya.
Tema cerita ini sebenarnya sederhana saja, seorang bapak yang sudah diprediksi bahwa hidupnya tidak akan lama lagi sebab penyaki kanker, dan itu terbukti. Sang bapak ingin selalu berada bersama anak-anaknya selama mereka menjalani hidup. Umurnya tidak lama lagi, itu faktanya. Maka, dengan berbekal kamera video sang bapak merekam setiap hal yang akan disampaikan sebagai pengganti bila dirinya benar-benar tidak diizinkan berumur panjang.
Sedih, bahagia, terkadang membuat tersenyum. Kisah ini mencampuradukkan perasaan-perasaan tersebut menjadi satu. Sangat emosional.