Minggu, 28 Agustus 2016

DEMI (MU) PUISI

Demi (mu) Puisi



Mari memungut puisi
yang terlepas, berserakkan, menjadi keping-keping terberai
adakah kau bersedia membuka tanganmu
demi puisi yang pernah kutanak
bersama air mata dan lelah?


Mari memungut puisi
yang terbang, berlesakkan, menjadi debu-debu beterbangan
adakah kau bersedia menjadi udara
demi puisi yang pernah kuhirup
bersama napas sunyi dan kesenyapan?

Mari memungut puisi
bersamamu
sebab, aku ingin kembali
menjadi alir dan desah sungai-sungai pengharapan puisi

bersamamu
demi puisi



Sindang Rasa, 28 Agustus 2016

Rabu, 10 Agustus 2016

Boby di Dalam Kepalaku




Saya kira, yang bergerak-gerak dan sesekali mematuk-matuk isi kepala dan terkadang membuat saya menjerit tertahan karena kesakitan adalah sesuatu yang kecil, semacam binatang yang menjijikan; misalnya saja belatung atau seekor larva. Dan, saya kira pula bahwa sesuatu yang melata dan menjalar di dalam kepala saya adalah seekor binatang berkaki banyak, yang tentu saja ketika sesuatu itu bergerak, dengan segera aku merasakan sensasi kegelian. Ternyata, dugaan saya, salah. Semua itu keliru.

Pagi ini--seperti pagi-pagi sebelumnya, sesuatu itu kembali menyerang isi kepala. Sekali ini, serangannya adalah kombinasi keduanya: mematuk dan melata . Saya berteriak-teriak seolah orang gila di rumah sakit jiwa. Bagaimana tidak, aku merasakan sesuatu itu tanpa perikemanusiaan menyerangku dengan membabi buta ( apakah kalau babi buta menyerang bisa seagresif ini? Apa yang terjadi bila bukan babi yang buta, bisa gajah atau kuda nil atau banteng buta? Ah! Pikiranku mulai melantur begitu saja).

Saya menjerit-jerit, tubuh saya bergetar hebat, kejang-kejang sebagai reaksi dari menahan sakit dan geli. Bi Inah yang mengetahui keadaan saya, langsung bergerak cepat: meraba kening--mengira aku terserang demam dan sakit kepala--dan ikut menjerit latah.

"Bibi kenapa?" Walau sakit tidak tertahan, saya masih bisa bertanya kepada pembantu keluarga saya ini.
"Non, kenapa?" Bi Inah malah tanya balik.
"Ada kecebong di kepala saya, Bi."
"Kecebong?" Bi Inah bingung. Saya tersenyum di sela kesakitan.

Saya penasaran dengan serangan yang terjadi di dalam kepala saya ini. Untuk itu, setelah sakit kepala saya sedikit mereda, saya berinisiatif memeriksakan diri ke dokter. Hasinya, dokter malah kebingungan.
"Tidak ada apa-apa," ucap dokter.
"Tidak?"
"Ya."
"Lantas?"
"Lantas apa?" dokter bertanya dengan tatapan mata heran.
"Apa yang harus saya lakukan?"
"Tidak ada."
"Tidak ada?"

Dokter ini aneh. Masa sakit seperti ini tidak ada yang harus saya lakukan. Lantas Saya harus diobati apa agar sembuh?

"Itu Boby!" ucap perempuan berambut panjang berwajah sendu dengan pakaian panjang serba putih itu. Saya hanya bisa bengong.
"Boby?"

Perihal Boby. Yang saya ingat, Boby itu nama orang. Jujur, saya sudah lama tidak ingin mengingatnya. Boby, mantan kekasih brengsek saya yang ketahuan sedang selingkuh di Pantai Kuta enam bulan yang lalu. Dan, sya memergokinya. Bajingankan dia?

"Ya. Boby," lanjut perempuan itu lagi seraya memperlihatkan selembar foto--yang entah darimana diambilnya tiba-tiba sudah berada di tangan kanannya.

Ya itu Boby, mantanku. Lantas, kok, bisa berada di dalam kepalaku. Itu pertanyaannya.

"Boby kecewa. Perempuan yang dipacarinya ternyata tidak sebaik dirimu. Setelah tempo hari ketahuan selingkuh, Boby bersikukuh untuk tidak melanjutkannya. Akan tetapi, ia kebingungan akan apa yang dilakukan untuk bisa mendekatimu lagi. ia kehilangan cara untuk melakukannya. Ia hilang akal lantas jadi gila. Ia berlari ke hutan, dan setelahnya ia hilang di sana. Kamu tahu apa yang terjadi setelahnya? Boby mengubah dirinya menjadi nyamuk. Lantas mencarimu ke mana-mana. Akhirnya ia menemukanmu, menggigitmu, dan membiarkan bagian dari dirinya menjadi larva di dalam kepalamu."

Saya tersentak kaget. Benarkah?

Saya terbangun. Perempuan itu sudah tidak ada di tempatnya. Saya mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang kamar. Perempuan itu tidak ada di mana-mana. Tiba-tiba sesuatu yang mendesak-desak di dalam lubang hidungku memompa syaraf otak untuk bersin. Saya menahannya, tapi tidak bisa.

Hatzieeeh!!!

Sesuatu terlontar dari hidungku. Sesuatu yang kecil tetapi berlendir. Saya perhatikan dengan saksama. Dan, ternyata itu adalah Boby, dalam skala sangat mini. Menggelungkan diri, kedinginan. Menatapku penuh haru.

"Boby?"



Cibatu, 10 Agustus 2016

Perihal Kota yang Merahasiakan Banyak Hal

Perihal Kota yang Merahasiakan Banyak Hal





Menujumu,
semua yang terserak
menjadi padu
menjadi ingatan bebal
yang kerap menebal

Di sini, api lama telah padam
asap yang membubung
cukup lama disembunyikan angin

Namun, separuh kenang tertahan lengang
di antara dinding jarak yang mengarak

Aku kembali menujumu
menuju kota-kota yang kerap kami singgahi
di masa yang lalu. Dulu.

Lantas, kamu sekarang di mana?
Kini?

Kotamu merahasiakan banyak hal,
perihal gadis yang dicumbui musim gugur dan lebur

Menujumu,
ke mana?




Cilawu-Salawu, 09 Agustus 2016

Sabtu, 06 Agustus 2016

Kesunyian Abadi



 Kesunyian Abadi

Barangkali, lonceng di dadamu sudah lama mati.
Dongeng-dongeng malam para pejalan kaki sudah lama terhenti
di ruang tunggu ingatanmu.

Kesunyian tumbuh di kepalamu setelahnya.

"Tidak ada yang lebih sepi dari kesunyian." Itu katamu.
"Tidak ada yang lebih sunyi dari ditinggalkan."

Seorang gadis menyulam malam dengan dada yang lebam,
dada yang dendam.

Sang Kekasih tak kembali.
Dilarung angin,
dilarung samudera.

Lantas,
adakah yang lebih tabah dari desah napas yang didedah amarah?
Adakah yang lebih tabah dari air mata yang bedah kerana resah-gelisah?

Oh, betapa kekasih telah mencipta mantera paling hening di selasar jiwamu.

Kekasih pergi,
kesunyian menjadi abadi,
sepi,
pasti.


Garut, 05 Agustus 2016

Jumat, 05 Agustus 2016

SONG FOR YOU*

SONG FOR YOU*



Don't cry just sweep your pain from
your eyes
that makes me fall to your heart

Untuk yang di sana, apa kabarmu? Lama tidak kudengar kabar beritamu. Ketika angin selatan berembus, aku tanyakan kepadanya: apakah kamu baik-baik saja? Pun kepada angin utara yang berembus dengan aroma dingin yang menusuk, hal yang sama: kamu baik-baik saja, kan? Jika jarak membuatmu menangis, menangislah sebisa yang kamu mampu. Biarkan segala sesak yang berdesakan mengalir jatuh dari tubir matamu. Hapuslah atau biarkan semua luka mongering dengan sendirinya. Jangan tanyakan kenapa aku pergi, sebab pada akhirnya hidup adalah perkara meninggalkan dan ditinggalkan.


sorry, it's all i can say to your heart
you'll always with me

Ada banyak hal yang tersisa dari pertemuan, ada banyak hal pula yang tersisa dari perpisahan. Namun, ada banyak hal yang tersisa dari keduanya. Kerinduan yang membeku. Menunggu musim mencairkan segala gigil salju ruang dada. Aku selalu denganmu, itu yang kuinginkan, walau pada kenyataannya selalu ada jarak yang membentangkan ruang paling jauh rasa cinta kita. Aku rindu kepadamu. Itu sudah pasti.


you are my dream
my sweetest dream
please babe don't leave me alone

Kamu adalah mimpiku. Kamu adalah terjagaku. Jika aku mengatakan bahwa diriku akan pergi jauh, tidak berarti bahwa aku akan meninggalkanmu. Lama. Ada banyak hal yang tidak bisa selalu diungkap dengan kata-kata. Bahasa kepergian tidak selalu menghadirkan air mata. Aku pergi tak berarti meninggalkan. Aku bergegas lekas tak berarti membuat hatimu meranggas.


hold me tight
close in my arms
i'm with you wherever you are
you'll always be my happy life
this love will last forever

Tahan aku di ruang tunggu ingatanmu. Ingatkan aku akan kata kembali. Rentangkan dan dekaplah aku bila musim mengantarkan aku. Rebahkan aku di dadamu yang paling taman. Baui aku dengan aroma rekah bunga-bunga musim semi. Akulah hidup terindahmu. Kamulah hidup terindahku. My happy life it’s you, trust me. Jika aku kembali, inilah akhir dari penantian cintamu. Cinta kita selamanya.


trust me i know what you have been
through
believe me i'm here for you

Matahari musim panas berdenyar-denyar di kepalaku, pucuk-pucuk Akasia menyembunyikan jati dirinya, sementara rindu ini adalah daun-daun keringnya yang menghunjam tanah. Apakah ini artinya rinduku akan benar-benar mati? Menjadi jasad busuk cacing-cacing. Oh, Rindu, percaya kepadaku, betapa pun rasa ini sesak menghimpit, yakinkan bahwa aku tidak akan ke mana-mana, berada di sini. Selalu. Menunggumu. Percayalah, dengan sebuket besar bunga-bunga aku berdiri menantang laju angin, demi kamu.


feel me i always be around you
wherever i go

Rasakan aku, ke mana pun aku bergegas. Tak ada keraguan di dalamnya.

you are my dream
my sweetest dream
please babe don't leave me alone
hold me tight
close in my arms
i'm with you wherever you are
you'll always be my happy life
this love will last forever 

Aku akan kembali. Pasti. Kan kubawa harmoni musim semi. Nyanyian rindu yang kukumpulkan bersama senja dan terbit fajar kubawa kepadamu. Ketika aku kembali, berjanjilah untuk tidak membiarkan bola matamu yang telaga, bedah bersama air mata penantian. Aku kembali untukmu. Nada-nada rindu yang kujalin bak nyanyian cinta dongeng-dongeng para puteri bersama sang pangeran. Aku ingin kamu. Ingin segala hangat dekap tubuhmu.

Duhai, Kekasih. Lagu dan sajak ini kupersembahkan untukmu. Aku kembali. Bersama angin yang beremus pelan mengantar kepulanganku.




Cibatu, 05 Agustus 2016

*Song For You-AIR BAND