Minggu, 13 November 2016

Aku dan Jakarta




Aku membaui aroma Jakarta
pagi ini. Dari pesing dan bedeng
yang mengimpit, tangisan pertamaku pecah

Aku, bocah kecil yang mengencingi ibukota, meminum timbal dan anyir limbah

Aku berkembang di antara atap-atap yang terendam
Di bahan pohon kersen, ibuku mencuci kebodohan dengan sedikit deterjen bubuk

Aku, bocah kecil yang lupa caranya bermain bola. tanah lapang adalah separuh ingatan yang tertinggal entah di mana.

Orang-orang berlarian dalam kepalaku. Hiruk-pikuk penjaja tubuh menjadi aroma malam yang kerap kucicipi. Aku sudah biasa: mendengar rintih, mendengar desah. Bahkan, kelaminmu dicuci di mana, aku pun tahu

Aku membaui aroma Jakarta
pagi ini
ada yang mati di dalam got, di rumah Tuhan, di keramaian.
Nyawa Jakarta terlalu murah

Saham gabungan naik
valuta asing naik
kenapa harga diri dan rokmu malah turun?

Tenang saja Jakarta
aku masih 'cinta' padamu

Tasik Malaya, 15 Januari 2016

Tidak ada komentar: