jalan ini masih jalan yang sama
jalan yang menyisakan pisau-pisau berkarat
jalan yang pernah menyematkan namamu di dadaku tapi tidak di dadamu
kau berubah menjadi liar,menjadi anjing dengan lolongan tanpa suara
jalan ini seperti hutan pinus
gelap dan gelap dengan perdu paling tinggi dengan dingin paling dingin
ketika matahari mulai bersolek dengan panas yang hangat
kau paksaku melucuti satu persatu kata kata dari bibirku
membuatnya tergolek tanpa daya hingga ketelanjanganku adalah bayi yang baru pecah dari ketuban
dan kau melahapku dalam malam beribu malam panjang
kuserahkan semua istana yang pernah kubangun
jalan ini jalan yang haus akan air
gersang berdebu tebal,kerontang
jalan yang sama ketika aku benar-benar muntah,mabuk kata mabuk bahasa
kau disana membinarkan pandangan dengan belati paling tajam
aku terkapar bersama panas yang mengendap lava pijar
tikaman merajah tubuhku dengan lukisan paling abstrak
jalan ini pernah membawaku ke awang-awang
terbang disana bermain awan,memahatnya
hingga aku benar-benar lupa,aku harus kembali
jalan ini kini harus kuhapus dari ingatan
jalan yang sama ketika aku benar benar luka dalam tak terobati
kau serupa anjing dengan lolongan tanpa suara
kau menghutankan aku,menebang dan membiarkan bukitku telanjang
lalu kau hilang seperti iblis-iblis di pagi hari
menyisakan neraka bagi dadaku
Kamis, 02 Januari 2014
Mengejar mimpi
Aku harus berlari mengejar kapal yang baru saja berlabuh
meninggalkan rindu yang bergolak di dalam dada lalu
menyimpannya menjadi cawan-cawan rahasia
dan kau kubiarkan menatap aku dalam tanda tanya besar
aku harus menatap langit membangunnya segera
sebagai istana nan megah bagi dada kita..
jangan biarkan reruntuh angin menyapunya
badai biarkan datang terlambat,atau janganlah tertambat,
sebab istana itu kubangun dengan kerinduan akan Tuhan,
darah yang berdebar,jantung yang bergolaK.
aku harus mengejar kapal itu sebagai impi di malam buta
biarkan bantal-bantal menggaruk mimpi dan membangunkanku segera
namun aku tak mau terjaga,
aku pergi dengan asmara tertinggal di balik kemarau yang pekat,musim yang tak pernah setia
layar perahu menggenapkan hitungan angka,
membaringkan tidur dalam harap-harap kuncup mawar
sesampainya disana akan kusebut namamu sebagai puisi,membukanya perlahan
sampai kau tahu gelombang menggaungkan kisah kita,kisah kisah tak berjudul
dan ketika samudera mengendapkan udara
kedinginan jiwa bak berkelana menyesapkan mimpi berjelaga malam-malam tanpa bintang tanpa cahaya
tunggu aku berlabuh kembali menambatkan jiwa-jiwa berpendaran serupa kejora
merentangkan biduk penuh gelombang dan aku padu dalam bisik-bisik pasir impian
berenang didalamnya hingga kaupun tahu mimpi kita adalah serupa.
meninggalkan rindu yang bergolak di dalam dada lalu
menyimpannya menjadi cawan-cawan rahasia
dan kau kubiarkan menatap aku dalam tanda tanya besar
aku harus menatap langit membangunnya segera
sebagai istana nan megah bagi dada kita..
jangan biarkan reruntuh angin menyapunya
badai biarkan datang terlambat,atau janganlah tertambat,
sebab istana itu kubangun dengan kerinduan akan Tuhan,
darah yang berdebar,jantung yang bergolaK.
aku harus mengejar kapal itu sebagai impi di malam buta
biarkan bantal-bantal menggaruk mimpi dan membangunkanku segera
namun aku tak mau terjaga,
aku pergi dengan asmara tertinggal di balik kemarau yang pekat,musim yang tak pernah setia
layar perahu menggenapkan hitungan angka,
membaringkan tidur dalam harap-harap kuncup mawar
sesampainya disana akan kusebut namamu sebagai puisi,membukanya perlahan
sampai kau tahu gelombang menggaungkan kisah kita,kisah kisah tak berjudul
dan ketika samudera mengendapkan udara
kedinginan jiwa bak berkelana menyesapkan mimpi berjelaga malam-malam tanpa bintang tanpa cahaya
tunggu aku berlabuh kembali menambatkan jiwa-jiwa berpendaran serupa kejora
merentangkan biduk penuh gelombang dan aku padu dalam bisik-bisik pasir impian
berenang didalamnya hingga kaupun tahu mimpi kita adalah serupa.
TELEGRAM
suatu subuh yang kaku
aku di bangunkan hujan
jiwaku masih menari di pusara awan
ketika tiba kabar dari langit
warta dari tuhan
kamu harus pulang
kamu harus pulang
aku tertegun,dan kata kata berhamburan dari balik lemari
berjatuhan,bertumbukan
entah kemana, entah kemana
berserakan menjadi satu dengan tanah,dengan tanah
aku harus pulang
aku harus pulang
ketas putih berbicara lantang
menikam waktu,menikam waktu
huruf kaku,kata bisu
tuhan menjemput bapakku dengan tergesa
tuhan memanggil bapakku dengan segera
itu katanya
itu katanya
aku di bangunkan hujan
jiwaku masih menari di pusara awan
ketika tiba kabar dari langit
warta dari tuhan
kamu harus pulang
kamu harus pulang
aku tertegun,dan kata kata berhamburan dari balik lemari
berjatuhan,bertumbukan
entah kemana, entah kemana
berserakan menjadi satu dengan tanah,dengan tanah
aku harus pulang
aku harus pulang
ketas putih berbicara lantang
menikam waktu,menikam waktu
huruf kaku,kata bisu
tuhan menjemput bapakku dengan tergesa
tuhan memanggil bapakku dengan segera
itu katanya
itu katanya
Merantau
sudah waktunya kita berkemas
mengumpulkan mimpi yang dihadirkan kunang-kunang malam tadi
dengan bekal seadanya
kita retas jalan menuju samudera paling liar bernama masa depan
lalu kita berenang di dalamnya
jangan terseret apalagi tenggelam
dengan bekal seadanya
kita retas jalan menuju pulau impian
pulau dengan kasturi mewangi di dalamnya
dedaun rindang,sungai-sungai landai dan sebiji harapan
kita rajut telaga-telaga madu menjadi istana
dan kau menjelma putri di dalamnya
mengumpulkan mimpi yang dihadirkan kunang-kunang malam tadi
dengan bekal seadanya
kita retas jalan menuju samudera paling liar bernama masa depan
lalu kita berenang di dalamnya
jangan terseret apalagi tenggelam
dengan bekal seadanya
kita retas jalan menuju pulau impian
pulau dengan kasturi mewangi di dalamnya
dedaun rindang,sungai-sungai landai dan sebiji harapan
kita rajut telaga-telaga madu menjadi istana
dan kau menjelma putri di dalamnya
Langganan:
Postingan (Atom)