MY
POEM MY MIND
Hanya lewat
sajak kumengerti bahagia.
Hanya lewat
sajak pun kumengerti kecewa.
Tak banyak kata
yang bisa kuungkap lewat lisan,
selebihnya
berjatuhan membaur bersama debu.
Kalam ini
kekasih,setia memapahku bergerilya berkali-kali,
kertas ini
sahabat,menyentuh tiap lemahku berulang-ulang.
Lewat sajak
kumentertawakan canda,
menangisi
kecewa.
Kata demi kata
mengalun indah
symphoni
hati,orkestra jiwa.
Lewat sajak ini
kupahami hidup,
seperti bilangan
windu,
kalam ini
menjalani takdir.
Lewat sajak ku
dihargai,sajak ini,jiwa.
MELAUT
Sauh telah
kutambatkan
dan layar mulai
dipermainkan angin
canda camar
merangkai gelombang hingga buih.
Aku
berangkat,jala telah kulipat
menyongsong
biduk yang telah lama mencakar samudera
sementara rindu
padamu kuikat pada haluan.
Capingku kubiarkan
mengering dicandai surya
demi buritan dan
demi kemudi kurela melukis hari pada lautan,dermaga.
Pada karang yang
begitu kokoh berdiri kugantungkan hasrat
dan demi kelasi
yang merangkulku kumainkan gelora.
Kekasih,demi kau
kucumbui badai
kukecup lautan
pekat,hingga awannya menghiba tergerai.
Kekasih,tunggulah pantai elokmu pada hari
sebab aku
pulang,membawa cerita dan juga ikan pari.
titipkan pada
udang atau bila perlu pada kerang.
Kekasih,kemas
senyummu sampai aku pulang
SISA SEMALAM
Semalam lalu aku
membayangkan hujan,
Menepikan
gerimis pada pucuk jendela kamar ini,
Ada senyuman
masih terdengar sayup pada seberang telaga,
Hingga butiran
cinta tersisa pada riaknya.
Sisa semalam
menyekat bait demi bait puisi jiwa,
Tentang langgam
dan tarian rindu,juga tawa,
Sisa semalam
masih melafalkan lembar demi lembar rambutmu,
Hingga gerainya
meninggalkan candu.
Dan itu memaksa
malam memperpanjang abdinya,
Hingga purnama
hanyalah sepenggal tangan tanpa tanya,
Asmara ini
mengalirkan rasa yang sempat tenggelam,
Hingga menyibak
sedikit kelam
.
SEBELUM KAMI PERGI
Hei,kamu…
Kemari..
Pecahkan semua
isi nalarmu pada kami.
Tuangkan ketidak
tahuanmu,pada tembok kosong,pada lantai gosong,pada langit-langit bohong..
Katakan semuanya
mumpung kami
masih disini.
Jangan memaki,
apalagi mencerca
kami,dibelakang.
Luapkan semuanya
pada kursi yang
kau patahkan tadi malam,
pada gelas yang
kau pecahkan malam tadi.
Cepatlah teriak,
sebelum kami
menjerit..
segeralah
mengaduh..
karena kami tak
cepat kembali.
Ayo…
bunuhlah menit,
mungkin ku tak
kembali.
lalu cabiklah
waktu,
tikamlah detik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar