Melankolia September
Aku tidak sedang mengeja
musim.
Tentu saja.
Tidak sedang merapal gemuruh di tangkai gerimis.
Aku
sedang merindu kehangatan.
Dari sepasang matahari yang terdampar pada
matamu.
Seperti angin yang mendesir.
Rindu mencucuk tulang selayak salju musim dingin.
Menikam.
Merajam.
Mengancam.
Tak mampu kuredam.
Aku merindukan degup.
Dari denyut sepasang jantung yang saling
bercerita:
perihal rekah bunga melati,
perihal rebah rumput ilalang,
perihal resah tentang kepergian.
Aku tidak sedang melafal debur
ombak.
Tentu saja.
Aku tidak sedang menjaring badai yang lantak di
landai pantai.
Aku sedang merindu dermaga, tempat kita kerap terdampar.
Aku menjadi suar, kau sampannya.
Seperti September.
Rindu meruya
bersama hujan.
Datang tiba-tiba, menjadi genang di ruang kenang.
Riuh.
Bergemuruh.
Tanpa lenguh.
Tak disuruh.
Aku merindukan cahaya.
Dari gelap yang kautinggalkan.
Dari kisah yang kausisakan:
perihal mekar
bunga kemboja,
perihal denyar perasaan,
perihal memar dada kita.
BCI, 16 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar