Bahkan, untuk mengumpulkan satu keping potongan ingatan yang terserak di berbagai sudut ruang pikiran ini, aku butuh banyak waktu.
Satu kali, aku menemukan keping pertama tergeletak tak bertuan. Tak ada clue yang bisa jadi petunjuk tentang dari sekat sebelah mana potongan ini berasal.
Masih dua ratus tujuh puluh dua, potongan itu harus kutemukan. Entahlah, apakah aku mampu melakukannya? Sementara lelah kerap memaksaku untuk berhenti.
Satu keping, dua keping, lantas aku harus mengurutkannya. Dan iingat, sekali salah urut, gambaran akan cenderung terbalik, berputar arah, mungkin juga salah posisi. Kanan tak mungkin menjadi kiri, apakah kalian berjalan dengan tangan, atau menyeruput segelas kopi dengan bantuan kaki? Bisa. Bisa juga tidak.
Ini tentang potongan takdir yang telah berlalu, membentuk pola-pola dinamis. Aku membaca polanya, namun tak mampu menciptakan pola baru. Semua hanya perkara menemukan lantas meletakkannya tanpa harus tertukar.
Puzzle: potongan-potongan yang terserak membingungkan.
Masih banyak waktu untuk tahu, nasib seperti apa yang kelak tampak menjadi gambaran utuh, setelah semua keping bersatu padu.
Rusa, cicak, gajah, atau kelinci.
Wajah dengan lengkung senyum, tawa bahagia, atau linang airmata.
Hidupku serupa puzzle, dengan potongan-potongan gambar tak utuh terserak entah di mana.
Tentu saja aku harus mencarinya, untuk menjadikan diriku: utuh.
Leles, ketika sekeping puzzle tergeletak tanpa daya di sudut pemakaman.